"Iya juga, sih. Rasanya aneh banget gue panggil lo pake sebutan-sebutan itu. Apa karena gue enggak terbiasa kali, ya?"
      "Bukan enggak terbiasa, emang lo gak pernah panggil gue dengan panggilan selain 'kakak'! Udah, ah! Pertanyaan gak jelas ditanyaiin ke gue. Ganggu gue aja, lo!"
     "Maafkan hamba, Tuan Muda!"
     "Nah, betul. 'Tuan Muda'. Kayaknya gue lebih keren dipanggil itu dibanding 'kakak'. Hahaha,"
     "Idih! Emang lo siapa dipanggil pake sebutan itu?"
     "Hahaha,"
    "Hahaha,"
      Dulu juga gue selalu merasa iri dengan Kak Tyco. Gue merasa ibu lebih sayang dan perhatian dengan dirinya. Pokoknya, ibu pilih kasih! Ayah dan ibu membuat peraturan untuk anak-anaknya, yaitu: kami dilarang memiliki ataupun memainkan handphone sebelum masuk SMP dan dilarang mengendarai sepeda motor juga dilarang berpacaran sebelum lulus SMA. Dalam ingatan gue saat itu, Kak Tyco sudah memiliki handphone, bahkan sebelum dia masuk SMP.
     Tidak tahu ingatan gue yang salah atau keliru, tapi gue ingat betul pernah menonton youtube dan bermain game juga selfie bersama di handphone itu. Gue tidak tahu kala itu Kak Tyco kelas berapa dan gue berumur berapa. Bisa tolong dihitung usia kami berapa, jika sekarang Kak Tyco sudah semester akhir dan gue baru kelas 2 SMA? Soalnya gue sedang tidak bisa berhitung sekarang, hehehe. Maaf, ya.
     "Bu, boleh gak aku mau handphonenya sekarang? Teman-teman aku di sekolah udah pada punya handphone," ucap gue yang kala itu kami sedang makan malam tanpa ayah, karena belum pulang bekerja. Lagipula gue cuma berani minta ke ibu, dibanding ke ayah. Hehehe.
      "Kamu masih kelas 6, sayang. Kan baru diberikan handphone kalau udah masuk SMP. Sedikit lagi. Sabar dulu, ya?" ibu menjawab dengan sangat lembut. Walaupun begitu, gue naik pitam mendengarnya.