Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Buta: Aku yang Tidak Tahu Diri

6 Maret 2024   22:29 Diperbarui: 6 Maret 2024   22:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by Bing.com & Canva

          Hai, gue Tyo Dwi Mahendra, anak kedua yang dilahirkan setelah kakak gue dari seorang wanita hebat di dunia ini yang kami panggil dengan sebutan 'ibu'. Gue merasa jadi anak yang beruntung karena memiliki keluarga yang utuh dan kehidupan yang cukup. Saat gue naik kelas 3 SMP, pekerjaan ayah dipindahkan ke luar kota sehingga mengharuskan ibu ikut untuk menemaninya di sana.

         Semenjak itu, gue hanya tinggal berdua dengan Kak Tyco sampai sekarang gue kelas 2 SMA dan ia mau lulus kuliah. Ibu dan ayah mengirimi kami uang setiap bulannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing melalui kartu ATM yang sudah disiapkan untuk gue dan Kak Tyco. Uang bulanan yang kami terima selalu cukup dan kami pun tidak pernah merasa kurang, karena kami bisa mengatur uang yang akan dikeluarkan dan hanya dibelanjakan untuk yang sesuai dengan kebutuhan kami, bukan keinginan.

        Setiap bulan gue dan Kak Tyco selalu belanja ke supermarket membeli bahan makanan untuk sehari-hari. Yang paling utama kami beli adalah mie instan, karena dimasaknya sangat mudah. Tapi, jangan khawatir, kami juga membeli beras, kok, dan penunjang 4 sehat 5 sempurna lainnya. Lambung ini bisa keriting kalau makan mie setiap hari. Hehehe. Pokoknya, kami tidak pernah kekurangan meskipun tanpa ada orang tua di rumah, karena mereka sudah menjamin akan kehidupan kami.

          Walaupun jauh, kami sering berkomunikasi dengan ayah dan ibu melalui video call. Yang lebih sering menghubungi kami duluan biasanya ibu, sih, ayah hanya ikutan aja. Menanyakan kabar, sudah makan dan makan apa aja, sekolahnya bagaimana dan lain sebagainya yang pasti setiap orangtua tanyakan saat jauh dari buah hatinya.

          Ibu dan ayah belum mengetahui keadaan gue yang sekarang ini, gue dan Kak Tyco sepakat untuk tidak memberitahu masalah ini, karena kami tidak ingin membuat mereka sedih dan mengganggu ketenangan bekerjanya di sana. Gue yakin ibu pasti sangat sedih jika mengetahui anaknya ini kehilangan pengelihatannya. Lagipula, selama ini gue baik-baik aja, kok, karena ada kakak yang selalu siap membantu.

          By the way, kita flash back sebentar tidak apa-apa, kan? Gue pengin sedikit cerita tentang masa kecil dulu bersama kakak gue. Kalau diingat-ingat dan dipikir-pikir, gue jadi malu banget sama Kak Tyco. Bahkan gue pernah tidak berani menampakkan diri di depan dia, karena sangat malunya dan merasa bersalah juga, sih.

          Dulu gue pernah bertanya pada Kak Tyco kenapa ia dipanggil dengan sebutan 'kakak'? Padahal, 'kakak' itu dipakai untuk panggilan kakak perempuan, kan? Dan juga identik dengan perempuan, walau tidak menutup kemungkinan laki-laki pun bisa dipanggil 'kakak'. Gue merasa aneh aja memanggil saudara laki-laki gue dengan sebutan itu, karena teman-teman gue di sekolah tidak ada yang memanggil kakak laki-lakinya dengan sebutan 'kakak'.

         "Kak, kenapa lo dipanggil 'kakak', sih?" tanya gue kala itu saat kami sedang bersantai, ia bermain game dan gue menonton TV. Kami bersebelahan.

          "Karena gue kakak lo, lah," jawab ia yang masih sibuk bermain gamenya.

          "Bukan... kenapa harus dipanggilnya 'kakak'? 'kakak' bukannya panggilan buat kakak perempuan, ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun