Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kakakku Idola Teman-temanku (Last Part)

31 Desember 2023   23:45 Diperbarui: 28 Februari 2024   11:11 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Kamu dengarkan aku dulu, Rena. Aku ke sini memang sama Pak Reno, tapi kami gak pergi bersama seperti yang kamu bilang. Kami bertemu di jalan ketika aku mau ke rumahmu dan Pak Reno mau pulang juga ke rumah. Kakak kamu tadi masih ada urusan di sekolah sampai pulangnya telat."

            Gadis itu menjelaskan bahwa tuduhanku tersebut salah. Kak Reno juga membenarkan penjelasannya dan meminta maaf padaku karena pulang telat. Ia bilang, handphonenya mati sehingga tidak bisa mengabariku jika akan pulang telat karena ada urusan di sekolah yang harus diselesaikan.

            Aku yang merasa malu telah menuduh mereka berdua yang tidak-tidak langsung memundurkan kursi roda kembali masuk ke kamar meninggalkan Inka dan Kak Reno yang tengah berdiri di hadapanku.

            "Pak Reno, izinin aku ngobrol berdua sama Rena dulu, ya?"

            Aku mendengar suara Inka mengatakan itu ketika baru memasuki ruang tidur saudara lelakiku. Tak lama kemudian, aku mendengar lagi suara Inka yang memanggil diriku dari arah belakang. Seketika aku menghentikan mendorong alat bantu jalanku.

            "Rena, aku minta maaf!"

            "Aku minta maaf atas sikapku ke kamu selama ini." Inka kembali mengatakan permintaan maaf itu sambil bersimpuh di hadapanku.

            "Aku tahu, sikapku yang memusuhi kamu itu salah. Aku sebenarnya cemburu sama kamu. Aku.." Inka menghentikan ucapannya itu, lalu menundukkan kepala sama seperti aku yang sedari tadi menundukkan kepala saat ia sedang berbicara padaku. Namun, aku masih tetap mendengarkan ucapannya meski tidak saling bertatap wajah.

            "Aku iri sama kamu. Kamu punya kakak yang sayang dan perhatian sama kamu, sementara aku sendiri, gak punya kakak atau adik. Aku bersikap seperti itu sama Pak Reno karena ingin juga mendapat perhatian darinya seperti kamu, bukan karena aku benar-benar suka. Mana ada, sih, murid yang menyukai gurunya sendiri? Mungkin ada, tapi yang kita tahu itu hanya di sinetron.

Hatiku hancur ketika tahu Pak Reno adalah kakak kamu. Entah kenapa aku gak rela dia jadi kakak kamu, sehingga setiap kali melihat kamu rasanya.. aarrrggghhh.. ingin aku lenyapkan kamu dari dunia ini, biar Pak Reno menjadi kakakku, biar aku yang mendapat perhatian dan kasih sayangnya. Tapi aku gak mungkin melakukan itu, karena Tuhan telah menakdirkan kamu menjadi adik Pak Reno dan aku tak bisa merubahnya."

            Seketika suasana kamar Kak Reno hening, yang terdengar hanya suara hembusan napasku dan napas Inka setelah dirinya berhenti berbicara. Beberapa detik kemudian, ada tetesan air jatuh mengenai kakiku. Aku perlahan mengangkat kepala yang tengah menunduk untuk melihat Inka di depanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun