Iya. Kemarin Kak Reno bilang bahwa ia masih ada urusan di sekolah, jadi menyuruhku untuk pulang lebih dulu. Tapi, aku mendapatinya pulang ke rumah bersama Inka pada pukul enam kurang tiga puluh petang. Bagaimana aku tak berpikiran buruk padanya dan mengatakan bahwa ia pembohong, jika alasannya berbeda dengan kenyataan? Sepertinya Kak Reno mulai suka dengan Inka, ia sampai tega membohongi adiknya seperti ini.
       'Krukuk!'
      "Ibu belum buat sarapan, ya?" Tiba-tiba perutku bunyi, yang membuat topik pembicaraanku pada ibu berubah.
      Dari semalam aku belum makan, tidur pun jadi tak tenang. Karena Inka main ke rumah tadi sore, aku jadi tidak keluar kamar selama ia belum pulang, meski ibu dan Kak Reno sudah mengajakku makan malam bersama. Aku semakin marah pada Kak Reno, kenapa ia mengajak Inka main ke rumah?
      "Ibu baru aja mau buat sarapan. Kamu berangkat bareng kakak aja makanya, biar bisa sarapan dulu."
      Memang, ibu biasa buat sarapan untuk kami jam enam seperti sekarang. Akunya yang terlalu pagi berangkat ke sekolah.
      "Gak perlu, deh, Bu. Aku mau berangkat sekarang aja,"
      "Atau mau minum susu aja? Ibu buatin, ya?"
      "Gak usah juga, aku sarapannya di sekolah aja, Bu. Di kantin sedia sarapan juga, kok,"
      Aku pasrah. Tanpa berlama-lama lagi, aku langsung pamit pada ibu berangkat ke sekolah.
      Kak Reno sepertinya memang sudah tak menyayangi dan tak mempedulikanku lagi. Buktinya ia tak menemuiku di kelas dan tak mengechat-ku di Whatsapp untuk menanyakan mengapa adiknya berangkat sekolah sendiri tanpa bersamanya. Sedih rasanya menerima kenyataan bahwa hubungan persaudaraanku dengan Kak Reno jadi seperti ini.