"Maulah. Aku, kan, cantik!" Dengan pe-denya ia menjawab.
     Astaga, ia benar-benar sudah terhipnotis. Bicaranya semakin melantur. Rasanya aku ingin jahit bibir merahnya, agar tidak bisa bicara lagi. Biar nanti ia bicara pakai isyarat, cara komunikasi yang digunakan oleh seseorang yang tidak bisa bicara juga mendengar. Lebih baik ia begitu, daripada harus menggunakan mulut semakin tidak karuan bicaranya.
     "Sudah, sudah. Kalian mau belajar atau berdebat?"
      Kak Reno mengondisikan kami agar tenang, tidak ramai lagi. Kami langsung menutup mulut rapat-rapat mendengarnya.
     Guru yang ada di hadapan kami ini tak pernah marah, walaupun murid-muridnya bersikap sampai melampaui batas. Ia juga bertutur kata baik dan lembut, tak pernah kasar apalagi sampai meninggikan suaranya. Mungkin karena itu yang membuat para perempuan menyukainya, selain dari ketampanannya. Karena perempuan, kan, suka lelaki yang bersikap seperti itu padanya. Aarrgghh... apa-an, sih, aku ini? Kenapa jadi alay seperti gadis-gadis itu?
     Ada banyak hal lain lagi yang membuatku envy juga kesal melihat kakakku disukai oleh para gadis centil itu, seperti saat kami bermain basket ketika pelajaran olahraga dua minggu lalu. Aku melakukan sebuah kesalahan yang membuat diri ini dimarahi oleh Kak Reno habis-habisan. Tidak sengaja aku melukai kaki Inka hingga ia begitu kesakitan. Semua murid yang ada di lapangan menghampirinya, bertanya apa yang telah terjadi.     Â
     Dan tak lama kemudian, Kak Reno datang untuk melihat keramaian di tengah lapangan. Seperti teman-teman yang tidak mengetahuinya, Kak Reno pun bertanya apa yang telah terjadi. Gadis itu langsung menunjukku dan mengatakan apa yang telah terjadi.
     Mengetahui itu, aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala pada Kak Reno, mengisyaratkan bahwa aku tidak sengaja melakukannya. Tetapi Kak Reno tidak mengindahkanku, ia langsung membopong Inka ke UKS. Aku membuntuti dari belakang, dan mendengarkan pembicaraan mereka dari luar.
      "Sebenarnya ada apa, Inka?" Kak Reno kembali bertanya untuk mengetahui lebih jelas apa yang terjadi, sambil memeriksa kakinya yang terluka.
      "Rena, Pak. Dia sengaja menginjak kaki aku biar terluka," Inka menjawab dengan tidak sesuai apa yang terjadi.
      "Rena sengaja menginjak kaki kamu?" Kak Reno mengulangi ucapan teman perempuanku itu. "Mungkin dia gak sengaja?"