"Biarkan aku mencintaimu, biarkan aku menjadi telinga dan mulutmu, biarkan aku menjadi teman dan penyempurna hidupmu. Aku mencintaimu, Arga!"
Air mata kembali jatuh membasahi pipinya yang halus. Melihatnya menangis seperti itu aku kembali memeluknya dengan harapan ia bisa tenang setelah menumpahkan tangisnya padaku.
"Maafkan aku, Ndah, maafkan aku sudah mengecewakanmu. Karena keadaan yang seperti ini aku jadi menyia-nyiakan cintamu. Maafkan aku, aku mencintaimu. Kamu mau, kan, menjadi teman hidupku?!" Aku berkata setelah melepas pelukannya. Indah hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai jawabannya.
Lagi dan lagi aku memeluknya karena bahagia mengetahui ia juga mempunyai rasa yang sama sepertiku. Aku pikir cintaku ini hanya bertepuk sebelah tangan, ternyata tidak. Bahkan, ia yang lebih dulu mengungkapkan perasaannya itu padaku. Seharusnya aku yang melakukan itu, tapi aku terlalu takut untuk melakukannya karena sadar bagaimana keadaanku ini.
Satu, dua, tiga hari berlalu, hubungan kami berjalan dengan baik tanpa ada yang membuatnya berantakan. Setiap hari kami selalu pulang sekolah bersama, menghabiskan waktu hanya berdua. Teman-teman di sekolah sudah mengetahui akan hubungan ini karena melihat kami yang semakin hari semakin dekat.
Mereka selalu meledekku dan Indah ketika kami sedang mengobrol berdua, seperti halnya dengan pagi ini ketika kubaru tiba di sekolah. Mereka menarikku menuju mading lalu menunjuk-nunjuk salah satu tulisan yang ada di sana dan menyuruhku untuk membacanya. Ternyata tulisan itu adalah sebuah puisi tentang cinta.
"Aku adalah kamu
Kamu adalah aku
Aku dan kamu bersatu
Bersatu aku dan kamu
Aku dan kamu bersatu di dalam kata cinta
Di dalam kata cinta aku dan kamu bersatu
Tak kan terpisahkan selamanya
Selamanya tak kan terpisahkan"
Aku tersenyum lebar ketika mengetahui nama pembuat puisi tersebut adalah Indah. Tanpa disadari ia sedang memperhatikanku dari kejauhan sana sambil juga tersemyum padaku.
Kemudian ia mengatakan sesuatu melalui isyarat di jemari tangan kanannya. Membentuk huruf 'I' dengan kelingkingnya, huruf 'L' dengan telunjuk ditambah ibu jari, dan huruf 'Y' dengan ibu jari ditambah kelingking yang jika disatukan memang seperti simbol metal, tetapi ada makna lain yaitu 'i love you'. Aku kembali tersenyum lebar ketika mengetahui ia mengatakan itu. Aku pun membalasnya dengan memberikan isyarat yang sama sepertinya yang berarti 'i love you too'.
***
Note:
Cerita ini pernah terbit di website:
https://cerpenmu.com/cerpen-cinta-romantis/sebuah-lagu-untuk-hafidh.html
Ada perubahan judul dan penambahan kata yang bertujuan agar cerita menjadi lebih sempurna dan fresh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H