I love you my sister.
Kakakmu,
Vito Putra Aryanka."
"I love you too my brother." Aku membalas kata sayangnya sambil menutup buku itu, lalu menciumnya dengan air mata yang sedang mengalir deras di pipiku.
Â
Aku menyesal telah bersikap seperti itu padanya, aku menyesal telah memarahinya, memaki-makinya dan apapun itu yang sudah pernah aku lakukan padanya. Dia tidak membuatku susah, dia begitu karena dia tidak bisa melakukannya. Kalau dia bisa melakukan itu, dia tidak akan meminta bantuanku. Aku yang tidak tahu diri, sebagai manusia dan adiknya yang Tuhan berikan kondisi fisik yang lebih baik darinya seharusnya bisa membantunya, bukan malah menyalahkannya karena kondisinya itu.
Aku menghentikan tangisku ketika sadar ada seseorang yang sedang memperhatikanku, aku menoleh ke arah di mana orang itu berada. Kakak? Kudapati dirinya sedang berdiri di ambang pintu kamarnya sambil tersenyum padaku. Apa? Dia bisa berdiri dengan tegak tanpa memakai kursi roda? Dia juga terlihat gagah, tidak seperti dulu yang kondisi fisiknya selalu terlihat lemah.
Aku bangun dari dudukku untuk menghampirinya, aku ingin memeluknya, aku sangat merindukannya. Tapi sebelum aku sampai pada dirinya, ia menghilang. Aku kembali menangis karena sadar ia sudah tidak hidup di dunia ini lagi, tapi ia akan selalu hidup di dalam hatiku.
***
Beberapa bulan kemudian, aku sudah kembali bersekolah setelah sekian lama tidak bersekolah karena keadaanku yang tidak memungkinkan untuk bersekolah. Aku senang bisa bersekolah dan belajar bersama yang lain lagi. Meski masih suka sedih bila mengingat kakak, tapi yang lain selalu menghiburku. Kini mereka tidak lagi mengejek-ejekku seperti dulu, mereka meminta maaf kepadaku karena sadar atas perbuatan yang sudah mereka lakukan itu salah.
Setiap kali aku merindukan kakak, aku selalu mendatangi makamnya ketika pulang sekolah dengan membawa bunga sebagai tanda kasih sayangku padanya. Tanpa lupa aku berdoa untuknya agar ia bisa tenang dan ditempatkan di tempat yang terbaik di sana. Dia memang sudah tidak hidup di dunia ini lagi, tapi ia selalu hidup di dalam hatiku dan di dalam hati ayah juga ibu.