Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

I Love You My Brother (Part 3)

26 November 2022   00:00 Diperbarui: 28 Februari 2024   09:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebulan sudah aku menjalani hari-hari dalam kegelapan. Selama itu kakak selalu menemaniku, menjadi penerang di setiap langkah ini, karena dia selalu membantu dalam melakukan aktivitas yang tidak bisa kulakukan sendiri sekarang. Ketika selesai mandi, kakak selalu menyisiri rambutku yang panjangnya sudah hampir sepinggul, bahkan sampai menyuapiniku saat kami makan bersama.

Di setiap malam tiba, kakak selalu datang ke kamar, menemani malamku yang gelap dan sepi dengan caranya yang mengajak  mengobrol. Terkadang ia suka tertidur di atas kursi rodanya menemaniku ketika aku sudah terlelap dalam tidur.

Kakak begitu sabar membantuku dengan senang hati. Ia tidak pernah merasa direpotkan karena telah melakukannya, berbeda dengan aku dulu yang selalu marah-marah ketika dimintai bantuan. Aku jadi malu sendiri. Seharusnya aku yang membantunya, bukan malah dia yang membantuku.

Tapi, ketika mendekati ujian nasional, kakak tidak lagi menemaniku, bahkan tidak lagi melakukan kebiasaan yang selalu dilakukannya padaku. Ia sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian nasionalnya itu. Aku sedih. Kakak seakan sudah tidak mempedulikanku lagi. 

Aku ingin tetap selalu ditemani olehnya, tapi keadaan yang melarang kami untuk bisa terus bersama seperti biasanya. Aku tidak boleh egois, kakak lulus dengan nilai yang terbaik merupakan harapan dan kebahgiaan kami sekeluarga.

                                                                                                         ***

 Aku jadi rindu sekolah ketika mengingat sekolah. Aku rindu belajar bersama teman-teman, dan yang paling aku rindukan adalah saat makan ice cream bersama Kakak sepulang sekolah di toko ice cream yang tidak jauh dari sekolah. Aku jadi rindu saat-saat itu, saat di mana kami mengobrol, bercanda, dan menghabiskan waktu hanya berdua. Tidak peduli pandangan orang lain ketika melihat kakak  dengan kursi rodanya, yang terpenting kami bisa tertawa bersama.

Jika uang jajan kami habis, kami pulang dengan berjalan kaki. Mengetahui itu, ibu memarahi kami karena pulang sampai sore, dan bahkan sampai hari berubah menjadi gelap. Aku tidak pernah merasa capek mendorongnya dari toko ice cream sampai pulang ke rumah yang memakan waktu hingga setengah jam, dua kali lebih lama dibandingkan kami naik angkutan umum.

Mungkin karena aku belum terbiasa berjalan kaki selama itu, di saat malam harinya kakiku terasa pegal-pegal dan sakit hingga aku menangis merasakannya. Kakak memijat-mijat kakiku, ia juga meminta maaf karena sudah membuatku begitu.

            "Maafin kakak, ya, karena kakak kamu jadi kecapekan gini."

             "Enggak, Kak. Ini karena aku belum terbiasa jalan jauh, jadinya capek banget."

            “Andai kakak bisa, kakak pasti gendong kamu biar gak kecapekan kayak gini.”

            “Kak, selagi aku mampu, aku akan melalukan apapun itu buat kakak. Jadi kakak jangan menyalahkan diri sendiri kayak gini, ya."

            “Makasih, ya, Dek.”

            “Aku yang makasih udah dipijatin gini, hehehe.”

            “Hehehe,”

 Aku mau mendorong kakak ke manapun yang ia mau, sejauh dan selama apapun asalkan itu bisa buat ia bahagia. Aku rela jika harus bertukar posisi dengannya walau hanya sehari. Jangankan sehari, selamanya pun aku rela, asalkan tadi, ia bisa Bahagia dan tumbuh menjadi seperti anak seusianya pada umumnya yang bisa melakukan banyak hal yang ia mau tanpa harus ada yang menghalangi.

Aku pernah bertanya, apakah ia bahagia dengan hidupnya yang seperti itu? Kakak menjawab hidupnya bahagia karena sudah memiliki adik sepertiku. Bagiku itu hal yang wajar jika seseorang bahagia karena telah memiliki adik. Tapi maksud dari pertanyaanku ini berbeda, bukan bahagia karena telah memiliki adik. Bahagia memang tidak selalu senang, dan senang tidak selalu bahagia. Mungkin itu yang bisa aku simpulkan saat bertanya tentang kebahagiaannya.

          "Kak, kakak bahagia sama hidup kakak?"

         "Bahagia banget, dong! Bahagia karena punya adik yang baik dan imut kayak kamu!"

          Ia menyubit pipiku dan mengusap-usap kepalaku kala itu.

Tapi walaupun begitu, kakak tidak pernah mengeluh dalam menjalani hidupnya, dia begitu semangat melakukan aktivitas sehari-harinya meski kondisinya seperti itu. Aku bangga bisa memiliki kakak, meski ia tidak sesempurna dengan kakak-kakak yang lain. Bagiku kakak yang sempurna tidak harus memiliki fisik yang sempurna juga, kakak yang sempurna adalah kakak yang bisa mengajarkan semua hal tentang kebaikan kepada adiknya.

Kakak adalah inspirasiku untuk bisa hidup menjadi yang lebih baik lagi. Kakak mengajariku untuk tidak mengeluh dan tidak berputus asa dalam menjalani hidup ini. Tetap semangat, bersabar dan kuat ketika tertimpa masalah juga cobaan. Kakak adalah kakak terhebat di dalam hidupku.

Berlanjut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun