Kakak tersenyum lebar mendengarnya, ia lalu mengusap lembut kepalaku dan berkata. "Gak apa-apa, Dek. Kamu gak perlu minta maaf kayak gini, kakak gak marah dan gak akan pernah marah sama kamu."
     Air mataku seketika mengalir deras di pipi ini. Hatiku sakit mendengar pernyataannya itu. Kakak masih begitu baik meski aku telah menyakiti hati dan dirinya.
     "Udah... Jangan nangis! Kakak mengerti perasaan kamu. Udah, ya, jangan nangis lagi," kakak menghapuskan air mata yang sedang mengalir deras di kedua pipiku. Aku berusaha memberikan senyum untuknya. Karena malu mengingat perbuatan burukku, aku lalu membenamkan wajah ke pahanya yang sedang terduduk di kursi roda. Kakak lalu mengangkat kepalaku dan langsung memeluk erat diri ini.
     "Maaf, Kak."
Berlanjut...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H