Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jokowi Menaklukkan Banteng PDI-P?

28 November 2024   10:26 Diperbarui: 28 November 2024   21:07 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dukungan Jokowi Mengalahkan Calon PDI-P (Sumber Photo: Antara)

Retorika Internal yang Melemahkan
Pernyataan Megawati dan Hasto Kristiyanto yang sering menyudutkan Jokowi, baik secara langsung maupun implisit, justru merugikan PDIP. Basis pendukung Jokowi, yang juga besar di PDIP, merasa bahwa kritik ini tidak adil dan malah menggerus dukungan partai.

Minimnya Konsolidasi Internal
Hubungan yang kurang harmonis antara Jokowi dan PDIP di tingkat pusat mungkin berpengaruh pada tingkat daerah. Mesin partai yang seharusnya solid justru terpecah.

Apakah PDIP Salah Strategi?

Tidak dapat disangkal bahwa ada kekeliruan strategi di tubuh PDIP. Dalam Pilkada kali ini, PDIP terlihat lebih mengutamakan kepentingan internal partai dibandingkan membaca aspirasi masyarakat.

Kurangnya Pemilihan Kandidat yang Tepat
Alih-alih memilih kandidat yang populer di masyarakat, PDIP tampaknya lebih memprioritaskan kader yang dekat dengan elit partai.

Melemahkan Dukungan Jokowi secara tidak langsung justru merugikan PDI-P. Sikap kritis Megawati dan Hasto terhadap Jokowi, yang sering dianggap sebagai upaya mempertahankan dominasi partai, justru menjadi bumerang. Publik menangkap kesan bahwa PDIP lebih sibuk bersaing dengan Jokowi daripada bekerja untuk rakyat.


Pelajaran dari Pilkada: Sinergi Lebih Penting daripada Rivalitas

Pilkada kali ini memberikan pelajaran berharga bagi partai politik dan politisi:

1. Bersinergi untuk Kemenangan Bersama
Rivalitas internal hanya akan merugikan partai. PDIP dan Jokowi, yang seharusnya bekerja sama sebagai representasi aspirasi rakyat, justru terlibat dalam persaingan yang tidak produktif.

2. Mengutamakan Kandidat Berkualitas
Pemilih semakin cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh branding partai semata. Pemilihan kandidat harus berdasarkan kapasitas, integritas, dan rekam jejak.

3. Menghormati Kontribusi Individu dalam Politik
Meski mesin partai penting, figur individu tetap memiliki daya tarik besar di mata pemilih. Jokowi adalah contoh bagaimana sosok pemimpin bisa menjadi penentu utama dalam Pilkada, bahkan melampaui kekuatan partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun