3. Pilih Berdasarkan Rekam Jejak dan Visi-Misi
Calon yang memiliki integritas dan komitmen untuk melayani harus menjadi prioritas. Masyarakat harus memanfaatkan akses informasi, seperti laporan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) dan rekam jejak calon, yang sekarang bisa diakses secara online.
4. Tingkatkan Partisipasi Pemilih
Rendahnya partisipasi pemilih sering menjadi peluang bagi politisi kotor. Data KPU menunjukkan bahwa partisipasi pemilih pada Pilkada 2020 hanya sekitar 76,09%. Meningkatkan angka ini bisa mengurangi dominasi politik uang.
Pentingnya Pemimpin yang Berintegritas
Pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin, tetapi juga menentukan masa depan daerah. Seorang pemimpin yang berintegritas akan memprioritaskan pembangunan yang berkelanjutan, pelayanan publik yang transparan, dan program yang berdampak langsung pada masyarakat.Â
Sebaliknya, pemimpin yang terpilih melalui praktik kotor hanya akan memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
Pilihlah dengan hati nurani, bukan dengan pragmatisme. Sebuah suara yang diberikan dengan penuh tanggung jawab adalah investasi bagi masa depan daerah dan bangsa. Jangan biarkan serangan fajar mengaburkan harapan akan pemimpin yang benar-benar melayani.
Harapan untuk Pilkada yang Lebih Baik
Masyarakat harus menjadi benteng terakhir untuk menjaga integritas demokrasi. Pilkada adalah milik rakyat, bukan milik segelintir elit politik. Mari kita kembalikan esensi sejati dari pemilu: memilih pemimpin yang jujur, kompeten, dan berdedikasi untuk melayani.
Ingatlah, salah memilih pemimpin bukan hanya merugikan lima tahun, tetapi bisa menghancurkan masa depan generasi berikutnya.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H