Respon dan Reaksi Pramono Anung: Persaingan di Meja Makan
Menariknya, berita mengenai pertemuan ini juga dikomentari oleh Pramono Anung, Sekretaris Kabinet yang notabene pesaing Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta.Â
Dalam komentarnya, Pramono menegaskan bahwa dirinya lebih sering makan bersama Prabowo. Pernyataan ini tampaknya dimaksudkan untuk menunjukkan kedekatan politik dan pribadi yang mungkin ingin ditegaskan Pramono di hadapan publik.Â
Tentu saja, sebagai dua pejabat yang dulunya dalam kabinet Jokowi, interaksi Pramono dan Prabowo memang kerap terjadi.
Namun, respons ini menunjukkan bahwa acara makan bersama dapat menjadi ajang saling klaim.Â
Bagi sebagian politisi, berfoto bersama atau bahkan sekadar makan bersama seorang pejabat tinggi negara adalah bentuk "pencitraan" yang ampuh, memberikan kesan dukungan tanpa harus mengumumkannya secara eksplisit.Â
Hal ini juga menegaskan bahwa meja makan telah menjadi ruang kampanye politik, meski dilakukan dengan gaya santai dan bersahabat.
Cawe-Cawe dan Netralitas Presiden: Sah atau Tidak?
Di tengah situasi ini, muncul pertanyaan tentang netralitas dan "cawe-cawe" seorang pemimpin negara dalam politik.Â
Kritik yang dialamatkan kepada Jokowi, bahwa sebagai Presiden ia harus netral, sesungguhnya sering kali didasarkan pada kekhawatiran akan penyalahgunaan kekuasaan.Â
Padahal, sebagai figur politik yang dipilih oleh rakyat, presiden memang memiliki preferensi politik dan hak untuk mendukung calon-calon tertentu.Â