Meski reshuffle bisa mengindikasikan ketegasan Prabowo dalam menegakkan disiplin kabinet, namun langkah ini bisa memunculkan spekulasi politik.Â
Apalagi jika menteri yang direshuffle adalah tokoh yang pernah menjabat di era Jokowi. Kelompok oposisi dan pengamat mengamati hal ini sebagai kemungkinan Prabowo ingin menggeser pengaruh Jokowi secara bertahap.
Bagi publik, reshuffle ini akan menjadi batu uji bagi Prabowo: apakah ia benar-benar berfokus pada meritokrasi atau justru terbawa oleh pengaruh politik yang berkelindan di antara partai-partai koalisi pendukungnya?Â
Di tengah sorotan media dan pengamat, reshuffle juga akan memperlihatkan apakah Prabowo lebih berorientasi pada hasil atau konsesi politik, yang selama ini dianggap sebagai kelemahan kabinet Jokowi.
Tantangan Evaluasi dan Harapan Publik
Untuk mencapai cita-cita pemerintahannya, Prabowo harus memastikan bahwa tiap kementerian tidak hanya fokus pada tugasnya, tetapi juga mampu beradaptasi dan bersinergi dengan kementerian lain.Â
Di sinilah evaluasi berkala memainkan peran kunci, memungkinkan Prabowo melihat kemajuan kabinet secara nyata.Â
Namun, efektivitas reshuffle hanya akan terwujud jika dilakukan secara strategis, tanpa terkesan sebagai aksi reaktif terhadap tekanan politik.
Jika reshuffle dilakukan dengan alasan yang tepat dan momentum yang tepat, Prabowo bisa membangun reputasi sebagai pemimpin yang tegas sekaligus berorientasi hasil.Â
Namun, jika reshuffle dilakukan terlalu sering atau terkesan memihak, Prabowo justru akan menghadapi tantangan kredibilitas di mata rakyat.
Kabinet Merah Putih adalah proyek besar dengan ambisi besar. Namun, keberhasilan kabinet ini bergantung pada bagaimana Prabowo mengelola timnya dengan tangan tegas namun bijak.Â