Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Zaken Kabinet Prabowo - Gibran: Siapa Saja 49 Calon Menteri yang Sudah Dipanggil?

15 Oktober 2024   07:59 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: antara

Waktu pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka semakin dekat. Dalam hitungan hari, tepatnya pada 20 Oktober 2024, Indonesia akan menyaksikan momen penting tersebut. Persiapan tidak hanya menyangkut seremoni pelantikan, tapi juga pembentukan kabinet. 

Menariknya, daftar calon menteri Prabowo-Gibran mulai terungkap dengan adanya sejumlah tokoh yang sudah dipanggil untuk mengisi kabinet baru. Sebanyak 49 calon menteri telah menghadap Prabowo di kediamannya di Kertanegara, dan nama-nama ini segera viral di berbagai media.

Dalam pembentukan kabinet ini, Prabowo menepati janjinya untuk menghadirkan "Zaken Kabinet" atau kabinet ahli, yang terdiri dari profesional di berbagai bidang. Meski demikian, tetap ada perwakilan dari partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM), mengingat pentingnya keseimbangan politik dalam pemerintahan.

Berikut adalah beberapa nama yang sudah dipanggil dan sorotan menarik dari pembentukan kabinet ini.

Profesional dan Politikus dalam Komposisi Kabinet

Dari 49 calon menteri yang dipanggil, sebanyak 31 berasal dari kalangan profesional, sementara 18 lainnya adalah politikus dari partai-partai anggota KIM. Tokoh-tokoh dari Partai Demokrat, Gerindra, Golkar, PKB, dan PAN mendominasi jatah politik di kabinet ini. Namun, partai-partai di luar KIM seperti NasDem, PDIP, dan PKS tampaknya tidak masuk dalam susunan kabinet. Menariknya, NasDem bahkan secara tegas menyatakan penolakannya untuk bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo.

Salah satu nama yang menarik perhatian adalah Sri Mulyani Indrawati, yang kembali dipercaya mengemban posisi sebagai Menteri Keuangan. Prabowo tampaknya memandang penting melanjutkan keberhasilan pengelolaan anggaran negara yang telah dilakukan di era pemerintahan Joko Widodo. Kehadiran Sri Mulyani, bersama 18 menteri lainnya dari kabinet Jokowi, menegaskan bahwa Prabowo ingin melanjutkan banyak kebijakan pemerintahan sebelumnya, khususnya di sektor keuangan dan pembangunan ekonomi.

Tokoh lain dari kalangan profesional yang dipanggil adalah Veronica Tan, mantan istri Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia disebut-sebut akan mengisi posisi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Meski mengejutkan banyak pihak, Veronica dikenal dengan berbagai aktivitas sosial dan diharapkan mampu memberikan sentuhan baru dalam kementerian yang akan dipimpinnya.

Selain itu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat, juga ikut dipanggil. AHY menyatakan dirinya siap membantu Prabowo dalam pemerintahan mendatang, meskipun ia belum mengungkapkan secara pasti posisi yang akan diembannya.

Pembagian Kementerian: Fokus dan Spesialisasi

Kabinet Prabowo-Gibran tampaknya dirancang agar lebih fokus dalam menangani masalah-masalah spesifik. Banyak kementerian yang sebelumnya bersifat luas kini dipecah agar lebih terfokus pada tugas-tugas tertentu. Langkah ini sejalan dengan visi Prabowo untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi birokrasi.

Sebagai contoh, Kementerian Ekonomi yang sebelumnya memiliki cakupan luas, kini akan terpecah menjadi beberapa kementerian yang lebih spesifik. Dengan demikian, Prabowo berharap para menteri bisa berkonsentrasi penuh pada satu bidang tanpa terbebani tugas-tugas yang terlalu kompleks.

Keseimbangan Politik dan Profesionalitas

Sejumlah partai politik yang tergabung dalam KIM mendapatkan jatah menteri di kabinet ini, termasuk Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, dan PKB. Namun, menariknya, dominasi partai politik dalam kabinet ini tidak terlalu mencolok. Sebaliknya, Prabowo memberikan porsi besar kepada kalangan profesional, dengan tujuan menciptakan kabinet yang benar-benar mampu bekerja sesuai bidang keahliannya.

Komposisi ini menunjukkan bahwa Prabowo tidak hanya memikirkan keseimbangan politik, tetapi juga kualitas kepemimpinan dan kemampuan teknis para calon menteri. Prabowo tampaknya berupaya menghindari praktik bagi-bagi jabatan politik yang semata-mata didasarkan pada loyalitas partai, dengan memilih menteri yang memiliki kompetensi dan rekam jejak yang baik.

Menghormati Jokowi: Banyak Nama dari Kabinet Lama

Menariknya, meskipun kabinet ini dipimpin oleh Prabowo, sebanyak 19 nama yang dipanggil merupakan tokoh yang pernah menjabat di kabinet Jokowi. Hal ini mengindikasikan bahwa Prabowo ingin melanjutkan beberapa kebijakan yang dianggap berhasil di era Jokowi, terutama di sektor ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Beberapa tokoh yang dipanggil dari kabinet Jokowi antara lain Erick Thohir (Menteri BUMN), Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri), Airlangga Hartarto (Menko Perekonomian), dan Bahlil Lahadalia (Ketua Umum Golkar).

Keputusan ini menunjukkan adanya kesinambungan antara pemerintahan Jokowi dan Prabowo, serta pengakuan atas kesuksesan Jokowi dalam beberapa sektor kunci. Ini juga menunjukkan bahwa Prabowo dan Jokowi memiliki visi dan misi yang relatif sejalan dalam memajukan Indonesia.

Nama-nama Kontroversial dan Simbolik

Selain kehadiran Veronica Tan, ada beberapa nama lain yang menarik perhatian. Natalius Pigai, seorang aktivis HAM, dipanggil untuk membicarakan isu-isu hak asasi manusia di kabinet baru. Natalius dikenal vokal dalam kritik terhadap pemerintah, sehingga pemanggilannya memberikan sinyal bahwa Prabowo ingin mendengar berbagai perspektif.

Selain itu, keterlibatan Yusril Ihza Mahendra, pakar hukum tata negara, mengindikasikan bahwa Prabowo ingin memperkuat aspek hukum dalam pemerintahannya, terutama terkait dengan reformasi hukum dan birokrasi.

Tantangan Kabinet Prabowo-Gibran

Meski susunan kabinet ini terlihat solid, tantangan besar menanti. Pertama, Prabowo harus memastikan bahwa para menteri yang berasal dari kalangan profesional mampu bekerja sama dengan politikus dari berbagai partai. Perbedaan latar belakang dan pendekatan dalam menjalankan tugas bisa menjadi potensi gesekan, apalagi jika prioritas masing-masing individu atau partai tidak sejalan.

Kedua, kabinet ini harus mampu menjaga kesinambungan pembangunan dari era Jokowi sambil mengeksekusi visi baru yang dibawa Prabowo. Ini memerlukan strategi yang matang dan koordinasi yang kuat antar-kementerian.

Kabinet Prabowo-Gibran yang segera dilantik membawa harapan baru bagi Indonesia. Dengan komposisi yang seimbang antara profesional dan politikus, Prabowo telah membuktikan komitmennya untuk membentuk pemerintahan yang efektif dan mampu menjawab tantangan bangsa. Tinggal menunggu beberapa hari lagi, publik akan menyaksikan apakah "Zaken Kabinet" ini benar-benar bisa mewujudkan perubahan yang dijanjikan. Selamat bekerja untuk para calon menteri, semoga mampu mengemban amanah untuk bangsa dan negara!***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun