Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Ada Agen Propaganda dalam Pembusukan Jokowi dan Keluarganya?

27 September 2024   11:56 Diperbarui: 27 September 2024   11:56 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengemas Propaganda sebagai Perjuangan Demokrasi

Salah satu taktik cerdik dari para agen propaganda ini adalah membungkus narasi mereka dengan kemasan "perjuangan demokrasi" dan "penentangan terhadap KKN (Kolusi, korupsi dan Nepotisme)." Dengan cara ini, mereka berhasil menarik simpati dari masyarakat yang merasa bahwa mereka sedang berjuang melawan otoritarianisme atau kebijakan yang merugikan rakyat. Ironisnya, banyak dari mereka yang tertipu masuk ke dalam skenario propaganda ini tanpa menyadarinya.

Namun, bila dilihat dari kacamata yang lebih luas, Jokowi sebenarnya telah melakukan banyak hal positif untuk bangsa ini selama 10 tahun masa kepemimpinannya. Ia berhasil menempatkan Indonesia di jalur menuju negara maju dengan sejumlah kebijakan besar, mulai dari infrastruktur hingga pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel. Walau ada kekurangan, dasar yang telah diletakkannya sangat kuat untuk menjadikan Indonesia negara emas di masa depan---asal tidak diganggu oleh propaganda yang merusak.

Bagaimana Kita Harus Bersikap?

Melihat skala dan dampak propaganda ini, kita sebagai masyarakat harus semakin cerdas dalam menyikapi informasi yang beredar. Tidak mudah memang untuk menilai mana yang benar dan mana yang hoaks, terutama ketika hoaks tersebut dikemas dengan sangat meyakinkan dan diulang-ulang terus menerus. Namun, penting untuk selalu mencari fakta, memverifikasi informasi dari sumber yang terpercaya, dan tidak langsung mempercayai narasi-narasi yang penuh dengan tuduhan tanpa bukti.

Selain itu, kita juga harus berani bersikap kritis terhadap upaya pembusukan reputasi yang tidak berdasarkan fakta. Dalam demokrasi, kritik tentu sah-sah saja. Namun, kritik haruslah berbasis pada data dan fakta, bukan fitnah dan propaganda. Tanpa disadari, propaganda semacam ini tidak hanya merusak reputasi individu, tetapi juga dapat merusak tatanan demokrasi itu sendiri.

Jokowi, dengan segala prestasi dan kekurangannya, telah membawa perubahan besar bagi Indonesia. Sebagai bangsa, kita perlu mewaspadai upaya-upaya destruktif yang bisa mengganggu kemajuan ini, terutama ketika upaya tersebut didorong oleh kepentingan segelintir elit yang merasa dirugikan oleh kebijakan yang pro-rakyat.

Di tengah derasnya arus propaganda, mari kita berkomitmen untuk terus mendukung kebenaran, transparansi, dan keadilan. Hanya dengan cara ini kita bisa melindungi masa depan Indonesia yang lebih baik dan berkeadilan bagi semua.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun