Langit semakin gelap, dan merpati putih itu mengepakkan sayapnya, melayang di atas taman. Pak Irwan menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Mungkin kau akan menemukan jalanmu suatu hari," katanya pelan. "Tapi mungkin juga... kita berdua akan terus tersesat."
Setelah beberapa saat, merpati putih itu hilang dari pandangannya, terbang entah ke mana. Pak Irwan tahu burung itu akan kembali keesokan harinya, terbang lingkaran tanpa arah, seperti dirinya yang terus datang ke taman tanpa tujuan. Keduanya tersesat di dunia yang tak lagi mereka kenali.
Malam itu, di rumahnya yang sunyi, Pak Irwan berbaring di tempat tidur. Pikirannya mengembara pada masa lalu, pada keluarga yang telah pergi, pada merpati putih yang tersesat di udara. Dan dalam heningnya malam, ia menyadari satu hal---mungkin, ada sebagian dari dirinya yang berharap tak pernah menemukan jalan pulang. Sebab, pulang tak lagi berarti sama tanpa mereka yang ia cintai.
Hari berikutnya, merpati putih itu kembali ke taman. Namun, kali ini tak ada Pak Irwan di bangku yang biasa ia duduki. Hanya angin yang berbisik pelan, dan langit yang terasa lebih sepi dari biasanya.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H