Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Air Kemasan Membuat Kelas Menengah Indonesia Sulit Naik Kelas, Kok Bisa?

3 September 2024   08:00 Diperbarui: 3 September 2024   08:53 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Munculnya Air Kemasan: Dari Pesimisme ke Kesuksesan

Ketika air kemasan pertama kali diperkenalkan di Indonesia, banyak yang pesimis dan bahkan menertawakan ide ini. Bagaimana mungkin menjual air yang bisa diambil secara gratis dari sumber air lokal? Namun, seiring dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan gaya hidup, permintaan akan air kemasan terus meningkat.

Produk ini pada akhirnya menemukan pasarnya sendiri, terutama di kalangan masyarakat perkotaan yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan. Dengan strategi pemasaran yang cerdas dan penekanan pada kualitas, air kemasan perlahan-lahan menjadi kebutuhan pokok, tidak hanya bagi kelas atas, tetapi juga bagi kelas menengah.

Mengatur Ulang Prioritas: Mengurangi Pemborosan Air Kemasan

Melihat kenyataan bahwa air kemasan dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat mobilitas sosial kelas menengah, perlu ada upaya untuk mengatur ulang prioritas dalam pemenuhan kebutuhan air. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi ketergantungan terhadap air kemasan:

Salah satu solusi jangka panjang adalah meningkatkan kualitas air PAM agar layak minum langsung. Ini mungkin memerlukan investasi besar dari pemerintah, tetapi dalam jangka panjang akan lebih menguntungkan. Pengurangan konsumsi air kemasan tidak hanya membantu kelas menengah menghemat uang, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan akibat sampah plastik.

Selain meningkatkan kualitas air PAM, perlu ada kampanye untuk mengubah kembali gaya hidup masyarakat, terutama dalam hal memasak air sendiri. Meski terlihat sebagai langkah kecil, kebiasaan ini bisa membantu menghemat uang dan mengurangi ketergantungan pada air kemasan.

Edukasi mengenai dampak finansial dan lingkungan dari konsumsi air kemasan perlu digalakkan. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa dengan memilih air yang diolah sendiri, mereka tidak hanya menghemat pengeluaran tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Kecil Tapi Berdampak Besar

Memang, pengeluaran untuk air kemasan tampaknya hanyalah bagian kecil dari keseluruhan pengeluaran bulanan. Namun, jika kita melihatnya secara kumulatif, dampaknya bisa cukup signifikan, terutama bagi mereka yang berada di kelas menengah yang ingin naik kelas. Dengan mengurangi ketergantungan pada air kemasan, kelas menengah bisa mengalokasikan dana tersebut untuk investasi lain yang lebih produktif, seperti pendidikan atau tabungan.

Oleh karena itu, langkah-langkah untuk mengurangi pemborosan ini perlu segera diambil, baik oleh individu maupun pemerintah. Dengan begitu, kelas menengah Indonesia bisa lebih cepat mencapai kesejahteraan yang diimpikan, tanpa harus terjebak dalam pengeluaran yang sebetulnya bisa dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun