Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Saat Kunjungan Jokowi Tidak Ditakuti Pencuri

12 Januari 2020   17:16 Diperbarui: 12 Januari 2020   17:52 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompas.com

Ketika para maling ikan masuk ke perairan Natuna, salah satu langkah politik adalah kunjungan Jokowi ke wilayah yang sedang disengketakan itu. 

Memang setelah kunjungan Presiden RI, kapal Cina meninggalkan lokasi, namun rupanya tidak begitu bagi para pencuri. Bukannya berkurang malahan kapal para maling ikan ini justru semakin bertambah.

Dari hasil pemantauan, setelah kunjungan Jokowi, ditemukan sekitar 30 kapal ikan asing yang masih menduduki Laut Natuna bagian utara.

"Jumlahnya sekitar 30 KIA," kata Panglima Komando Gabungan Wilayah I (Pangkogabwilhan) Laksdya TNI Yudho Margono dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/1/2020). (Kompas.com)

Tentu kenyataan ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah para maling ini memang tidak menghiraukan kekuatan laut kita? Apakah itu berarti juga mereka akan terus mencuri ikan seperti dulunya?

Ya, nampaknya mereka cukup percaya diri bahwa kalau sekedar kunjungan dan gertakan tidak akan menciutkan nyali mereka. Seolah para maling tahu bahwa Susi Pudjiastuti tidak lagi punya wewenang, sehingga kapal mereka tidak akan ditangkap dan ditenggelamkan.

Pada saat Bu Susi memulai program penenggelaman kapal pencuri ikan cukup banyak orang yang meragukan efektivitas penegakan hukum itu. 

Bahkan ada isu, kebijakannya itulah yang menyebabkan dia tidak lagi diangkat menjadi menteri sebab kebijakan tersebut tidak disetujui oleh Luhut Panjaitan sebagai Menko Kemaritiman yang notabene adalah atasan Susi.

Namun tidak dapat disangkal, kebijakan penenggelaman kapal itu menyebabkan para maling terpaksa meninggalkan perairan Indonesia, tempat mereka sudah berpuluh tahun berpestapora. 

Dengan berkurangnya para maling ikan, maka para nelayan bisa menikmati hasil tangkapan yang berlimpah.

Namun nampaknya masa itu sudah berlalu. Sekarang ini mereka, para pencuri itu kembali lagi. 

Cukup mengherankan memang mengapa kebijakan penegakan hukum yang tegas itu tidak dilanjutkan. Padahal apa yang dilakukan oleh Susi Pudjiastuti itu sesuai dengan undang - undang. 

Ada kesan bahwa sekarang ini ada kompromi terhadap para pencuri tersebut. Dalam hal ini lasan membahayakan investasi dan persahabatan antar negara terasa lucu dan ironis. 

Seperti yang disampaikan oleh Susi Pudjiastuti sendiri: maling jangan diberi hati. Investasi dan persahabatan bukanlah alasan untuk membiarkan para maling itu sesukanya melanggar teritorial dan mencuri sumber daya ikan kita.

Kita tunggu saja apakah, langkah kompromistis ini masih tetap dilanjutkan atau tidak. Kalau tetap dilanjutkan berarti kita sendiri sudah mengaku kalah dengan para maling ikan itu. 

Hal itu juga berarti, tekad menjaga kedaulatan dan NKRI harga mati hanyalah isapan jempol belaka.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun