Ketika para maling ikan masuk ke perairan Natuna, salah satu langkah politik adalah kunjungan Jokowi ke wilayah yang sedang disengketakan itu.Â
Memang setelah kunjungan Presiden RI, kapal Cina meninggalkan lokasi, namun rupanya tidak begitu bagi para pencuri. Bukannya berkurang malahan kapal para maling ikan ini justru semakin bertambah.
Dari hasil pemantauan, setelah kunjungan Jokowi, ditemukan sekitar 30 kapal ikan asing yang masih menduduki Laut Natuna bagian utara.
"Jumlahnya sekitar 30 KIA," kata Panglima Komando Gabungan Wilayah I (Pangkogabwilhan) Laksdya TNI Yudho Margono dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/1/2020). (Kompas.com)
Tentu kenyataan ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah para maling ini memang tidak menghiraukan kekuatan laut kita? Apakah itu berarti juga mereka akan terus mencuri ikan seperti dulunya?
Ya, nampaknya mereka cukup percaya diri bahwa kalau sekedar kunjungan dan gertakan tidak akan menciutkan nyali mereka. Seolah para maling tahu bahwa Susi Pudjiastuti tidak lagi punya wewenang, sehingga kapal mereka tidak akan ditangkap dan ditenggelamkan.
Pada saat Bu Susi memulai program penenggelaman kapal pencuri ikan cukup banyak orang yang meragukan efektivitas penegakan hukum itu.Â
Bahkan ada isu, kebijakannya itulah yang menyebabkan dia tidak lagi diangkat menjadi menteri sebab kebijakan tersebut tidak disetujui oleh Luhut Panjaitan sebagai Menko Kemaritiman yang notabene adalah atasan Susi.
Namun tidak dapat disangkal, kebijakan penenggelaman kapal itu menyebabkan para maling terpaksa meninggalkan perairan Indonesia, tempat mereka sudah berpuluh tahun berpestapora.Â
Dengan berkurangnya para maling ikan, maka para nelayan bisa menikmati hasil tangkapan yang berlimpah.
Namun nampaknya masa itu sudah berlalu. Sekarang ini mereka, para pencuri itu kembali lagi.Â