Sampai saat ini pun jika saya mengatakan bahwa saya orang Dayak, masih ada yang mengernyitkan kening. Dan tetkadang disusul pertanyaan, "Dayak asli?".Â
Ada semacam ketidakpercayaan karena rupanya ada persepsi bahwa orang Dayak itu tidak seperti yang mereka lihat dalam diri saya.
Dari pengalaman inilah kemudian muncul pertanyaan pada diri sendiri: saat ini Papua membara, diri saya sudah berbuat apa? Apa yang menjadi pembeda dari mereka yang masih punya persepsi keliru dan prasangka berbeda itu?
Ada godaan untuk menyalahkan sistem, politik dan hal di luar diri. Padahal untuk melawan rasis justru harus dimulai dari diri sendiri. Untuk terus berusaha meyakini bahwa, perbedaan bukanlah ancaman tapi kekayaan.Â
Ada keyakinan yang rupanya harus senantiasa di pupuk bahwa nilai manusia itu sama, sebagai bagian inti kemanusiaan itu sendiri.Â
Ternyata merendahkan atau menghina karena berbeda ras, suku, warna kulit dan budaya justru merendahkan nilai kemanusiaan yang ada dalam diri  sendiri.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H