Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Andi Arief: Minoritas Terkucil Bukan Oposisi, Benarkah?

30 Juni 2019   14:47 Diperbarui: 30 Juni 2019   14:52 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andi Arief tidak ada matinya. Setelah tersandung kasus tertangkap tangan kasus narkoba, banyak yang mengira dia akan bungkam. Namun rupanya tidak. Dia tetap lantang bersuara.

Kali ini dia mengomentari para anggota partai koalisi Prabowo yang bertekad untuk menjadi oposisi, terutama PKS.

Wasekjen Partai Demokrat (PD) itu memandang tak bakal ada oposisi, melainkan hanya sekedar kelompok 'minoritas' di parlemen.

"Oposisi itu menakutkan bukan soal bisa mengkritik, apalagi ditambah embel-embel konstruktif, kemampuan menjatuhkan pemerintah yang menakutkan dari oposisi. Kalau hanya dua partai di luar pemerintah, itu bukan oposisi. Sering disebut minoritas di parlemen," kata Andi Arief via Twitter, Minggu (30/6/2019). (Detik Com)

Apakah benar pendapat Andi Arief ini?

Sejatinya oposisi memang harus cukup kuat untuk mengimbangi koalisi mayoritas pemerintah. Oleh karenanya jumlah kursi di partai oposisi sangatlah perlu supaya ada efek untuk menekan jika terjadi kebijakan yang dirasa perlu diperbaiki atau diganti.

Tanpa jumlah kursi yang cukup besar akan ada kesulitan ketika dalam mengambil keputusan harus dilalui dengan sistem voting.

Namun tentu saja, selain jumlah kursi atau kuantitas, perlu juga kualitas dari koalisi oposisi di parlemen itu. 

Kualitas yang diperlukan adalah sanggup tidaknya koalisi oposisi itu sungguh mewakili kepentingan rakyat banyak atau tidak. 

Jika perjuangan mereka sungguh jelas untuk memperjuangkan kepentingan umum,  maka walau kelompok kecil, maka mereka akan dapat dukungan dari masyarakat luas yang mereka bela.

Selain keterpihakan yang jelas juga perlu prestasi dan integritas supaya mereka sungguh bisa dipercaya.

Ada contoh bagus dalam hal ini, yakni apa yang terjadi dengan institusi anti korupsi KPK. Karena integritas dan kepercayaan masyarakat, maka ketika mereka diserang, maka masyarakat berani pasang badan untuk membela mereka.

Selain hal di atas, termasuk kualitas dalam hal ini adalah peran dari para oposisi itu, apakah mereka sungguh bisa menjadi oposisi yang konstruktif. Artinya tidak sekedar memberikan kritik tapi juga harus bisa menawarkan perbaikan dan masukan.

Sebaliknya walaupun jumlah atau kuantitasnya besar namun tanpa kepercayaan dan integritas dari masyarakat  maka mereka juga tidak akan bisa menjadi oposisi yang efektif dan berkualitas.

Jadi Andi Arief tidak sepenuhnya benar. Kuantitas bisa diimbangi dengan kualitas. 

Pertanyaannya adalah, apakah PKS dan kemungkinan juga Gerindra bisa manjadi koalisi oposisi yang berkualitas dan efektif? 

Kalau melihat pengalaman selama ini, kemungkinan besar dugaan Andi Arief akan terbukti, karena masih belum nampak track record mereka sebagai partai oposisi yang berkualitas, konstruktif dan efektif. 

Dan sesungguhnya, dalam sejarah demokrasi kita,  belum pernah ada oposisi yang sungguh berkualitas seperti seharusnya. ***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun