Tujuan ini terlihat karena tidak satupun program unggulan Ahok yang dia teruskan.Â
Dalam rangka inilah kemudian Anies melakukan kebijakan Contra flow atau melawan arus atau hal - hal yang tidak biasa serta asal tampil beda.
Kebijakan - kebijakan itu seperti: menutup jalan untuk pedagang kaki lima, mengundang becak ke Jakarta, menutup sungai dengan jaring untuk menghilangkan bau, membongkar jembatan penyeberangan di jalan yang ramai, tidak lagi melakukan operasi yustisi walau Jakarta akan dipenuhi para pengangguran, membolehkan lagi pawai keliling takbiran walau rawan kecelakaan.
Untuk para pendukungnya Anies masih jadi idola, karena mereka anggap bahwa Anies juga mempunyai segudang prestasi seperti: menutup Alexis, Â mencabut ijin pulau buatan, menerima beberapa piagam penghargaan dan WTP.
Ya keberhasilan di atas kertas dan piagam tapi tidak nampak dalam realitanya. Namun uang Pemda tetap terkuras entah untuk apa.
Melihat semua ini, tentu kita bertanya - tanya sebenarnya apa yang menjadi visi dan rencana Anies untuk Jakarta?Â
Satu hal yang jelas, Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang seharusnya menjadi kota moderen nampaknya akan semakin jauh dari harapan.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H