Kita semua tahu, saat ini koalisi yang mendukungnya cukup gemuk. Tentu setiap partai pendukung itu  mengharapkan ada kader mereka yang ditunjuk sebagai menteri dan pembantu dekatnya. Jika ini tidak terpenuhi maka akan ada kegaduhan politik yang pasti mengganggu kelancaran pemerintahan Jokowi.
Tantangan lain yang tidak kalah besarnya adalah, apakah Jokowi bisa benar - benar dapat mendorong mesin birokrasi yang mempunyai kecenderungan berprinsip "jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah". Suatu penyakit birokrasi yang sudah terlanjur punya kultur menikmati "sudut nyaman" mereka.
Menghadapi kultur itu, sebenarnya ada contoh bagus yang sudah diterapkan Ahok di DKI. Dengan sikap "si raja tega" dia berhasil membuat para birokrat dipacu untuk bergerak.Â
Dalam hal ini, apakah Jokowi berani memposisikan Ahok atau profesional lain yang sekarakter sebagai salah satu menteri yang bertanggung jawab untuk mengelola para birokrat itu.
Memang seni memerintah tidaklah mudah. Kita telah mengalami di pemerintahan SBY.Â
Walaupun merupakan periode terakhir, tetapi hal itu tidak menjamin pemerintahnya lebih progresif dan efektif. Malahan pada saat itu ada istilah "auto pilot" karena seolah segala sesuatu otomatis berjalan sendiri, tanpa ada yang memerintah dan mengarahkan.
Kita tunggu saja. Mudah - mudahan sikap "nothing to lose" Jokowi bisa terbukti membawa bangsa ini lebih cepat maju dan sejahtera.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H