Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menepuk Air di Dulang Ala Prabowo

7 Mei 2019   07:28 Diperbarui: 7 Mei 2019   07:34 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: suara.com

Nampaknya perjuangan "fight till the end" benar - benar di jalankan Prabowo secara konsisten. 

Setelah mengorganisir pertemuan Ijtima Ulama yang merekomendasikan diskualifikasi Jokowi nampaknya tidak berhasil, maka Prabowo mengundang media asing untuk memaparkan kecurangan Pemilu.

Entah apa yang ada di benak Prabowo dengan kegiatannya mengundang media asing itu. 

Karena sebenarnya tidak perlu diundang secara khusus pun, banyak media asing yang sudah meliput Pemilu yang terjadi di Indonesia, karena Indonesia punya posisi strategis di kancah Internasional.

Coba google saja "Indonesian Election" maka akan ditemui banyak cerita mengenai Pemilu di Indonesia.

Hal yang juga mengherankan adalah tema khusus yang Prabowo paparkan mengenai "kecurangan". Penulis tidak tahu media mana yang diundang Prabowo. 

Namun seandainya penulis adalah  wartawan yang diundang, maka justru yang menjadi pertanyaan menarik adalah "dari mana sumber angka 62%" yang menjadi acuan Prabowo untuk mengklaim kemenangan dan memproklamirkan diri sebagai Presiden sampai tiga kali.

Menurut penulis dengan mengundang media asing, dan memilih tema "kecurangan" justru Prabowo seolah sedang "menepuk air di dulang". 

Karena sejak masa kampanye sudah banyak media yang meliput hoax, fitnah dan kampanye hitam yang dilakukan oleh  kubu Prabowo. Beberapa diantaranya bahkan sudah dan sedang diproses secara hukum.

Dalam hal ini, tepukan paling keras telah dilakukan oleh Prabowo pada saat dia pertama kali memproklamirkan diri setelah hampir semua hasil prediksi Quick Count menyatakan dia kalah. Dan proklamasi kemenangan itu sampai dilakukannya tiga kali. 

Maka tidak heran ada satu media asing dari Australia sampai memberikan judul laporan nya dengan cukup vulgar, "Loser Prabowo..." Atau "Pecundang Prabowo...".

Kembali pada undangan media asing. Menurut penulis, jika tujuannya supaya suara tuduhan kecurangannya didengar luas  justru  berdampak sebaliknya. 

Pastilah media yang kredibel tidak akan menelan mentah - mentah informasi dari pihak Prabowo. Mereka juga pasti akan melakukan both side investigation, atau investigasi kedua belah pihak. 

Jika mereka lakukan itu, maka sumber utama mereka pastilah hasil real count KPU dan Bawaslu. Dan jika itu mereka kerjakan maka akan ketahuan siapa yang punya data palsu.

Situasi yang saat ini sedang terjadi di kubu Prabowo adalah ibarat seekor burung yang terperangkap pukat, semakin bergerak maka jerat semakin kuat mengikat. 

Atau ibarat menepuk air di dulang, semakin kuat menepuk, maka semakin banyak air yang muncrat ke muka sendiri.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun