Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

May Day di Bawah Bayang-bayang People Power

29 April 2019   21:47 Diperbarui: 2 Mei 2019   11:50 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: cnbcindonesia.com

Hari Buruh pada umumnya dirayakan pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh ini adalah sebuah hari libur (di beberapa negara) tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.

Menurut Wikipedia, Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. 

Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872 , menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Untuk Indonesia, tanggal 1 Mei juga selalu diperingati oleh para buruh. Agenda yang selalu sama mereka lakukan setiap tahunnya adalah melakukan demonstrasi dengan tuntutan yang selalu terulang: kenaikan gaji buruh.

Untuk tahun inipun kegiatan demo itu akan dilaksanakan. Hal yang agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya adalah peringatan Hari Buruh ini bertepatan dengan masa Pemilu. Lebih istimewa lagi, tanggal 1 Mei ini tepat pada saat penghitungan hasil Pilpres 2019.

Mungkin karena situasi istimewa itulah beberapa hari lalu secara khusus Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) Said Iqbal.

Menurut laporan media, pertemuan tersebut cukup akrab dan tidak ada yang terlalu istimewa.

Hal yang istimewa justru terjadi setelah pertemuan tersebut ketika Said Iqbal menyatakan bahwa pada peringatan kali ini bakal dihadiri oleh Prabowo dan dia dapat panggung untuk berpidato. 

Memang KSPI adalah salah satu organisasi yang secara terbuka mendukung Prabowo pada Pilpres kali ini. 

Pasti banyak orang menunggu apakah yang akan disampaikan oleh Prabowo pada saat itu.

Tentu dia tidak bisa berkampanye lagi karena masa kampanye sudah lewat. Tapi pastilah panggung itu akan digunakan oleh Prabowo untuk kepentingan politik nya. 

Dalam arti tertentu, karena perhitungan suara sedang berlangsung di KPU, dan hasilnya sementara ini mengunggulkan Jokowi, maka tentu hampir tidak bisa mengubah hasil tersebut. Tapi situasi ini justru menjadi menarik, karena sampai saat ini Prabowo masih mengklaim dirinyalah pemenang Pilpres tersebut.

Apakah dia akan memproklamirkan lagi kemenangannya pada momentum itu? Kalau sekedar memproklamirkan kemenangan, mungkin tidak perlu dikhawatirkan, tapi ada hal lain yang cukup dicemaskan. Apa itu?

Hal yang mencemaskan adalah demo para buruh kali ini menjadi bayang - bayang ancaman People Power yang telah dicanangkan oleh Amin Rais. 

Walau banyak yang mengatakan bahwa ajakan People Power ini bagai bunga yang layu sebelum berkembang, tapi nampaknya dengan adanya May Day ini bisa saja menjadi momentum yang digunakan. 

Salah satu hal yang menyebabkan gerakan People Power ini sulit dilaksanakan, karena selama masa perhitungan suara ini polisi secara tegas melarang demo atau kumpulan masa yang melibatkan banyak orang. 

Alumni 212 yang sebelumnya ingin mengadakan acara kemenangan Prabowo juga akhirnya dibatasi hanya boleh melakukan kegiatan di rumah Prabowo di Kertanegara dengan ruang yang terbatas.

Peringatan Mayday yang biasanya diikuti oleh ribuan buruh ini bisa saja ditunggangi untuk keperluan politik itu. Apalagi jika benar dihadiri oleh Capres 02 Prabowo.

Kemungkinan karena adanya kekhawatiran itu lah polisi juga sudah berjaga - jaga dengan ribuan aparat yang terlibat.

Di lain pihak, bisa saja karena resiko ini, Sandi sudah menyatakan tidak akan hadir di acara tersebut. Alasannya juga sudah dia kemukakan, "Saya harus sangat berhati-hati bahwa kegiatan tersebut tidak dipolitisasi".

Ya, nampaknya Sandi memang sudah bersikap menarik diri dari kubu Prabowo yang masih yakin akan kemenangan Capres 02 ini. Dia nampaknya tidak terlalu sreg dengan gerakan untuk mendeligitimasi KPU dan hasilnya. 

Dengan sikapnya ini nampaknya Sandi sudah move on dari Pilpres 2019 dan mulai menatap Pilpres 2024.

Tentu kita berharap, seperti yang telah dinyatakan oleh Sandi, acara Mata Day ini tidak ditunggangi kegiatan politik. Walaupun Prabowo nanti berada di sana, mudah - mudahan peluang itu tidak menjadi ajang untuk mengajak People Power.

Kita tunggu saja.***MG

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun