Sumber gambar: cakdakelan.com
Nampaknya strategi kubu Prabowo untuk mendeligitimasi hasil Pemilu tak ada habisnya. Dengan perkembangan hitungan KPU yang semakin menunjukkan bahwa Jokowi tak terkalahkan, strategi tuduhan kecurangan pun semakin digalakkan.
Versi narasi yang mereka lontarkan pun kian beragam.Â
Dari usulan mengulangi lagi Pemilu, menunda pengumuman kemenangan yang sudah ditetapkan 22 Mei, membentuk tim penyelidikan forensik KPU dan membentuk Tim Pencari Fakta Independen untuk menyelidiki kecurangan.
Seperti sudah banyak kali diungkapkan, sikap tuduhan kecurangan dari kubu ini sesungguhnya bertentangan dengan keyakinan kemenangan yang telah sampai tiga kali diproklamirkan Prabowo.Â
Kalau sudah yakin menang, apalagi dengan prosentase gemuk 62% mengapa masih minta Pemilu ulang?
Masif dan terstruktur nya kecurangan pun tidak terbukti. Â Seperti kata Mantan Ketua MKÂ , kecurangan dilakukan oleh kedua kubu, tapi prosentase nya tidak sampai mengganggu hasil Pemilu secara keseluruhan.Â
Juga sifat kecurangan itu tidak masif, hanya sporadis dan kasuistik. Saat ini menurut Mahfud kecurangan itu 0,004% dari keseluruhan suara yang ada.
Mengundurkan jadwal pengumuman pemenang Pilpres pun adalah usulan yang mengada - ada. Karena mengundurkan jadwal berarti menunda keseluruhan kegiatan Pemilu.Â
Justru dengan diumumkan resmi siapa pemenang nya sesuai jadwal, jika masih tidak puas bisa dibawa secepatnya perkara itu ke MK.