Mengijinkan PKL kembali berjualan di pedestarian, bahkan jalan di kawasan Tanah Abang yang sebelumnya sudah bebas dari pedagang kaki lima malahan ditutup untuk PKL.
Memasang pohon plastik di jalan - jalan protokol Jakarta.
Menjelang pesta Asian Games menutup sungai kotor, sungai Hitam dengan jaring.Â
Menanam eceng gondok, gulma yang menyebabkan pendangkalan sungai sebagai program pembersihan sungai.
Merobohkan jembatan penyeberangan, mengganti nya dengan zebra cross, dan kemudian membangun kembali jembatan penyeberangan baru warna warni.
Istilah - istilah baru dia ciptakan untuk menghilangkan jejak pembangunan pendahulunya Ahok: rumah susun menjadi rumah berlapis, normalisasi sungai menjadi naturalisasi sungai, lubang biopori menjadi Drainase Vertikal.Â
Di bidang penegakan hukum juga nampak nya Anies sangat lemah. Hal itu jelas dari sikap para pelanggaran PKL, okupasi pedestarian, pembuangan sampah di kali dan hunian di bantaran kali.
Inilah program - program yang penulis nilai sebagai program Lipstik, program yang tidak menyentuh masalah substansial yang ada. Pendekatan pembangunan yang tidak akan cukup untuk menjadikan Jakarta sebagai ibu kota kelas dunia.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H