Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koh Ahok Marah (Lagi)

15 April 2019   11:52 Diperbarui: 15 April 2019   12:53 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  merdeka.com

Ahok adalah Ahok. Walau sudah minta diganti nama panggilan menjadi BTP tetap tidak bisa mengubah watak dan karakter Ahok.

Lama tidak terdengar setelah keluar dari jeruji besi, kali ini muncul dan langsung viral videonya.

Ya, koh Ahok sempat marah saat hendak mencoblos di Osaka, Jepang. Ahok mengaku hampir dikerjai oknum.

Menurut penjelasan ketua Panitia TPS ada kesalahpahaman, ketika antri untuk mencoblos. Ahok yang sudah terdaftar, sempat sebentar meninggalkan antrian lalu diisi orang lain. 

"Gua udah berusaha nggak mau marah. Tapi pas ketemu orang kayak gitu memang mesti dimarahin, baru dia takut. Kalau nggak, banyak orang nggak bisa milih," ujarnya. 

"Bayangin, gara-gara diserobot orang, nggak jelas siapa yang nyerobot tadi. Rupanya memang saya di Osaka ini untuk menyelamatkan beberapa suara," tambah Ahok.

Memang dia sudah sempat berjanji untuk tidak mudah marah - marah setelah keluar dari penjara. Janji yang penulis yakin akan sulit dia tepati. Mengapa?

Ya karena Ahok adalah Ahok. Dia tidak punya kompromi dengan segala sesuatu yang dia anggap tidak benar.

Kita pasti ingat, video - video live rapat di DKI. juga ketika dia berseteru dengan DPRD yang dianggap mempermainkan anggaran. Istilah "nenek lu" adalah branding Ahok yang takkan pernah hilang.

Untuk kasus Pemilu di Jepang ini, sebenarnya bukan hanya Ahok saja yang marah karena ada kesan beberapa oknum panitia TPS yang sengaja mempersulit bahkan menghalangi para pemilih untuk memenuhi hak mereka.

Bukan hanya di Jepang, di Sidney, Hongkong dan Malaysia juga kita dapat cerita yang hampir sama.

Namun kemarahan mereka mungkin tidak terekam dan seandainya ada video yang mereka bagi, mereka belum punya "branding" pemarah seperti Ahok.

Kalau tidak marah, mereka tidak takut, kata Ahok. Memang kadang - kadang untuk mperjuangkan hak, kita harus berani "berkelahi", dalam arti dengan berani berjuang dan tunjukkan diri bukan orang lemah. 

Untuk oknum dan mereka yang memang sudah punya rencana untuk mencurangi pemilu ini, biasanya mereka memanfaatkan sikap "nrimo" dan diam dari masyarakat. Mereka tahu bahwa banyak orang tidak mau berkonfrontasi bila mengalami ketidakadilan dan haknya dirampas.

Karena sikap inilah biasanya kelompok ini disebut sebagai "silent majority". 

Ada waktunya kita diam, tapi juga ada waktu nya kita harus melawan, dan jika perlu marah kalau hak kita diinjak dan jelas ada yang ingin mencurangi Pemilu ini.

Khusus untuk hal ini, "diam adalah emas" serta kelembutan bukanlah cara untuk memperjuangkan hak kita.

Sebagai Kompasianer, kita sudah disiapkan ruang khusus untuk melaporkan setiap kecurangan yang kita temui. Mari kita gunakan ruang - ruang itu. Semakin banyak yang peduli, penulis yakin pemilu kita akan lebih berarti.

Jadi koh Ahok, walau kali ini kokoh sudah melanggar sumpah mu untuk tidak marah - marah. Khusus kali ini rasanya memang diperlukan untuk marah.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun