Bukan hanya di Jepang, di Sidney, Hongkong dan Malaysia juga kita dapat cerita yang hampir sama.
Namun kemarahan mereka mungkin tidak terekam dan seandainya ada video yang mereka bagi, mereka belum punya "branding" pemarah seperti Ahok.
Kalau tidak marah, mereka tidak takut, kata Ahok. Memang kadang - kadang untuk mperjuangkan hak, kita harus berani "berkelahi", dalam arti dengan berani berjuang dan tunjukkan diri bukan orang lemah.Â
Untuk oknum dan mereka yang memang sudah punya rencana untuk mencurangi pemilu ini, biasanya mereka memanfaatkan sikap "nrimo" dan diam dari masyarakat. Mereka tahu bahwa banyak orang tidak mau berkonfrontasi bila mengalami ketidakadilan dan haknya dirampas.
Karena sikap inilah biasanya kelompok ini disebut sebagai "silent majority".Â
Ada waktunya kita diam, tapi juga ada waktu nya kita harus melawan, dan jika perlu marah kalau hak kita diinjak dan jelas ada yang ingin mencurangi Pemilu ini.
Khusus untuk hal ini, "diam adalah emas" serta kelembutan bukanlah cara untuk memperjuangkan hak kita.
Sebagai Kompasianer, kita sudah disiapkan ruang khusus untuk melaporkan setiap kecurangan yang kita temui. Mari kita gunakan ruang - ruang itu. Semakin banyak yang peduli, penulis yakin pemilu kita akan lebih berarti.
Jadi koh Ahok, walau kali ini kokoh sudah melanggar sumpah mu untuk tidak marah - marah. Khusus kali ini rasanya memang diperlukan untuk marah.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H