(Pura pura senyum,)
(Nyesek lek !!)
Jadi rupanya kata ini berasal dari bahasa Jawa yang artinya pura - pura, seolah - olah, ecek - ecek, palsu.
Prabowo sengaja menggunakan istilah ini supaya gampang diingat karena memang kata ini unik.
Namun, apakah benar tuduhan yang dilancarkan oleh Prabowo dengan istilah "etok-etok" ini?
Kita lihat dulu serangan "etok - etok" terhadap divestasi 51 % Freeport.
Dalam bisnis.com ada satu artikel yang membahas ini secara panjang lebar. Ada proses di mana pembelian saham oleh PT Inalum lewat pembelian saham PI Rio Tinto.Â
Dari proses inilah ada perbedaan dalam jangka waktu "hak produksi" yang sudah bisa dinikmati dari tahun 2019 dan "konversi saham" di tahun 2022. Karena itulah di lantai bursa masih tercatat bahwa FCX masih menguasai 81% saham.
Namun, pernyataan Prabowo itu tidak bisa untuk menjustifikasi bahwa divestasi 51% saham PTFI merupakan "etok-etok" belaka.Â
Alasannya, dengan membeli PI Rio Tinto, PT Inalum mendapatkan hak produksi sebesar 40% dari total produksi dihasilkan oleh PTFI selama periode 2019-2021.
Selain itu, pada 2022, 40% PI Rio Tinto yang dibeli PT Inalum dapat dikonversi menjadi saham PTFI, untuk menggenapi divestasi 51% saham PTFI.