Biasanya istilah ini dipakai dalam hubungan persahabatan, pacaran dan relasi suami istri.
Jika seseorang sudah punya chemistry dengan pasangannya, biasanya segala sesuatu dilihat dari sudut yang positif. Kekurangan dan kelemahan pasangan itu tertutupi oleh perasaan senang atau suka.Â
Dalam bahasa anak muda sering diungkapkan, "Kalau cinta sudah melekat, taik kucing serasa coklat". Rasionalitas menjadi hilang.
Melihat fenomena Pilpres yang ada, penulis pikir, jangan - jangan chemistry ini juga menjadi alasan seseorang memilih capres nya.Â
Jika hal ini yang terjadi, memang jangan coba - coba memberikan alasan dan fakta obyektif serta rasional kepada mereka.Â
Walau sang Capres tidak punya program yang jelas, prestasi yang sulit dicari, serta tidak punya track record yang bisa dibanggakan, mereka tetap membela sang Capres.
Mereka seperti orang yang sedang mabuk kepayang, "taik kucing pun serasa coklat".
Tentu fenomena ini sangat disayangkan jika memang terjadi. Karena hal itu juga menunjukkan bahwa pendidikan politik di negara kita masih sangat rendah. Karena pendidikan politik yang baiklah yang membuat orang memilih secara rasional dan obyektif.
Ini tentu menjadi tantangan kita bersama. Karena jika hal ini tetap terjadi, kemewahan demokrasi yang kita dapatkan, dengan setiap suara bisa menentukan baik - buruknya wakil dan pimpinan kita menjadi sia - sia dan tidak berarti.***MG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI