Saat pencoblosan tinggal menghitung hari. Hasil survei terakhir darI lembaga independen masih menunjukkan kemenangan Jokowi dengan selisih angka yang cukup besar.Â
Walaupun masih ada orang yang tidak mau percaya dengan hasil survei, namun tidak dapat dipungkiri hasil prediksi selama ini hampir pasti menunjukkan kebenaran. Kecuali hasil survei internal dan pesanan.
Lalu, dalam situasi seperti ini, hal - hal apa yang bisa membalikkan angka prediksi tersebut?
Hal pertama dan utama adalah dari pribadi Jokowi sendiri. Dalam rentang waktu yang sempit ini jangan sampai Jokowi melakukan atau mengatakan hal blunder yang menyebabkan migrasi suara ke kubu lawan.Â
Tingkah dan perkataan yang bisa menimbulkan blunder ini adalah tingkah kontroversial dan konyol yang menunjukkan pribadi lain dari diri Jokowi yang selama ini dikenal masyarakat.
Hal lain adalah tingkah dan perangai negatif para pendukung fanatiknya. Walaupun kemungkinan ini kecil, namun jika dilakukan berulang - ulang dan dan dalam skala besar, maka pasti akan berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi.
Tertangkapnya pimpinan partai pendukung utama Jokowi karena kasus korupsi, adalah salah satu contoh. Jika hal ini berulang lagi maka pasti memberikan dampak signifikan untuk mengurangi angka elektabilitas capres 01 ini.
Strategi kuda Troya yang dilakukan pihak lawan. Maksudnya adalah para lawan politiknya menyusup kedalam tim Jokowi, dengan bertingkah seolah menjadi pendukung, tapi merusak dari dalam.
Hal itu bisa dilakukan pada hari H dengan melakukan politik uang atau pelanggan kecurangan yang masif, atas nama partai pendukung dan tim pemenangan resmi, sehingga Jokowi bisa didiskualifikasi.
Strategi ini sangat mungkin karena tidak ada anggota partai pendukung yang solid 100 % mendukung Capres yang dipilih partai. Juga tim sukses cenderung cair sehingga mudah disusupi.
Ancaman lain adalah terjadi kecurangan yang masif dilakukan oleh kubu Jokowi. Hal ini bisa kombinasi antara pengikut asli dan juga penyusup seperti yang telah diungkapkan di atas.
Hal yang tentu tidak bisa diabaikan adalah jumlah pemilih yang tidak datang ke kotak suara untuk memilih sangat besar. Dan sebagian besar kelompok itu adalah pendukung Jokowi.
Alasan untuk tidak mencoblos bisa bervariasi. Bisa saja karena para pendukung ini sudah begitu yakin menang, sehingga merasa tidak perlu repot-repot mencoblos.Â
Juga dapat dikarenakan ketakutan dan intimidasi yang masif.
Politik uang juga tetap menghantui sehingga orang berubah haluan. Terutama di kalangan mereka yang masih ragu - ragu dalam memilih.
Alasan yang sangat tidak kita inginkan, namun bisa saja terjadi adalah, adanya kerusuhan besar sehingga mengganggu proses Pemilu secara masif.
Hal ini bisa dilakukan oleh lawan yang sudah putus asa, tapi tetap ingin memenangkan pertandingan dengan melakukan apa saja.
Bahaya lain, yang sebenarnya sudah mulai dilakukan adalah menyebarkan fitnah, hoax dan kampanye hitam yang semakin masif dan bertubi-tubi.Â
Hal ini berpengaruh besar terutama pada kelompok yang sangat aktif di media sosial. Sebab dengan media inilah, fitnah, hoax dan kampanye hitam itu paling mudah tersebar.
Ada juga yang melihat bahwa pengaruh atau ancaman dari luar sebagai alasan Jokowi kalah. Hal ini bercermin dari kasus Pilpres di Amerika.Â
Penulis melihat, dalam kondisi dan posisi Indonesia saat ini, walaupun itu mungkin terjadi, tapi prosentase nya sangat kecil.
Hal - hal inilah yang dapat diprediksi sebagai faktor - faktor penyebab kekalahan Jokowi dengan melihat trend elektabilitas yang ada.
Pasti ada hal - hal lain yang tak terduga, namun menurut penulis ancaman -ancaman inilah yang utama dan nyata.
Jika para pendukung Jokowi ingin tetap menjaga aura kemenangan yang sudah ada, tentu jangan terlena.Â
Tetap rapatkan barisan dan jangan buat kendor. Gas pol terus dengan menyebarkan kebaikan dan keberhasilan yang sudah dicapai Jokowi.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H