Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Punggawa Kompas Harus Turun Gunung

21 Maret 2019   11:30 Diperbarui: 21 Maret 2019   12:56 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: detik.news

Sumber gambar: detikNews.com

Walaupun Kompas sudah sering melakukan survei elektabilitas, tapi baru hasil survei yang terakhir inilah yang bikin heboh.

Betapa tidak, akibat reaksi dari hasil survei nya kali ini, para punggawa Kompas, Pemimpin Redaksi nya harus langsung menerangkan metode dan independensi Kompas dalam kegiatan survei ini.

Mengapa reaksi atas survei ini bikin heboh? 

Nampaknya faktor utamanya adalah momentum. Saat ini kegiatan Pencoblosan sudah sangat dekat, sudah kurang dari satu bulan 

Tentu hasil survei saat ini menjadi lebih penting dari periode sebelumnya.

Faktor lain, karena Kompas secara spesifik membandingkan hasil survei dari dua periode waktu, Oktober 2018 dan saat ini Maret 2019. 

Hasil dari perbandingan ini menunjukkan bahwa pemilih Jokowi berkurang, sementara prosentase Prabowo meningkat. 

Walau secara umum Jokowi tetap unggul tapi jarak yang menyempit ini langsung mengundang reaksi dari ke dua belah pihak. 

Pendukung Jokowi menjadi cemas, sebaliknya pendukung Prabowo tambah beringas. Sampai pernyataan bombastis pun tercetus, "Jokowi game over".

Reaksi susulan dari itu semua tentu sudah tertebak, yang merasa diuntungkan akan berteriak senang, sementara yang disudutkan mempertanyakan metode dan independensi Kompas dalam survei ini.

Nampaknya reaksi inilah yang membuat punggawa Kompas terpaksa ambil peran untuk menjelaskan.

Sebenarnya, dengan reputasi Kompas yang selama ini cukup independen dan non partisan, secara umum publik tidak meragukan kredibilitas Kompas. 

Apalagi bukan kali ini media Nasional ini melakukan survei elektabilitas. Hasil yang sudah mereka rilis pun terbukti bisa dipercaya dan sesuai dengan fakta.

Tapi saat ini memang sangat unik. Semua pihak dalam situasi tegang dan saling berhadapan yang tidak pernah dialami sebelumnya.

Hal itu ditambah adanya kesan kuat, bahwa ada kelompok yang sudah pada sikap harus menang walau apapun yang terjadi dan dengan cara apapun. 

Dalam situasi seperti ini hasil survei cenderung tidak ditempatkan pada posisi semestinya. 

Sebenarnya survei tetap prediksi. Bukan hasil sebenarnya. Dengan metode ilmiah yang obyektif, memang hasil prediksi itu bisa dipertanggung jawabkan bahwa akan mendekati realita.

Fungsi survei seharusnya dipakai untuk mengevaluasi sejauh mana usaha dari cara yang dilakukan apakah efektif atau tidak untuk mendulang suara. 

Pada titik tertentu, jika hasil secara umum, dengan jarak yang cukup jauh, menunjukkan bahwasanya satu pihak lebih unggul. Secara rasional dan elegan pihak yang kalah tidak harus memprovokasi. Sebaliknya yang menang tidak jumawa.

Ini adalah proses demokrasi untuk membangun bangsa ini. Pihak yang kalah atau menang setelah ini, tetap harus hidup bersama. Sikap saling menghargai dan sportif tentu hendaknya menjadi pegangan bersama. Seharusnya tidak ada yang merasa kalah dan disudutkan.

Jika kacamata dan sikap ini yang kita semua hayati, maka hasil survei Kompas, seperti halnya survei - survei lainnya, tentu dapat kita sikapi secara proporsional. 

Maka dalam hal ini, sebenarnya tidak perlu para punggawa Kompas harus turun gunung.***MG

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun