Kata kunci yang selalu diulang oleh pak Kiyai adalah: perbaikan, pendalaman dan pengayaan atau duplikasi serta inovasi.Â
Keempat kata ini menunjukkan, bahwa petahana sudah begitu yakin akan program yang yang sudah dan sedang dilakukan. Tentu tidak ada program yang sempurna, oleh karena proses evaluasi dan inovasi tetap dijalankan.
Secara obyektif, tawaran ini lebih logis dan dapat diterima. Terlihat juga tahapannya lebih terstruktur.Â
Seperti yang sering juga Jokowi ungkap kan. Periode pertama dia fokus pada pra kondisi dengan pembangunan fisik dan infrastruktur. Tahap berikutnya adalah pengembangan sumber daya manusia dan inovasi.
Dalam rangka inilah tiga kartu sakti diluncurkan, yakni Kartu Kuliah, Sembako Murah dan Pra - Kerja. Ketiga kartu ini untuk menjawab kebutuhan ekonomi, pendidikan dan peluang kerja yang jadi dasar peningkatan kualitas Manusia Indonesia.
Memang ini coba dikritik oleh Sandi bahwa mereka tidak butuh banyak kartu. Hanya satu kartu identitas KTP. Tapi kritik ini sudah dijawab tuntas oleh pak Kiyai dengan mengatakan KTP tidak bisa menjawab banyak urusan.Â
Bahkan dia memprediksi bukan kartu lah yang bisa menjawab itu ke depannya, namun ponsel. Walaupun itu baru bisa terjadi jika kultur dan masyarakat sudah siap untuk inovasi tersebut.
Ya, Sandi mengkritisi bukan hal yang esensi, tapi masalah sekunder tentang alat yang dipakai. Tentu tool ini akan berubah sesuai dengan kemajuan teknologi dan inovasi.Â
Seharusnya yang dia gali adalah bagaimana ketiga program dalam kartu sakti itu bisa dilaksanakan. Dan jika tidak Sandi harus siap dengan solusi. Tapi justru hal itu yang tidak kita dapat dalam debat.
Inovasi lain yang ditawarkan oleh Ma'ruf Amin adalah dana abadi untuk pengembangan pendidikan, budaya dan penelitian atau inovasi.
Program ini menarik karena ketiga hal itu memang membutuhkan biaya besar serta harus berkelanjutan. Ketersediaan dana itu secara terus menerus  tentu akan sangat membantu untuk melangkah lebih maju merambah hal - hal lain yang lebih penting.Â