Memang ada ruang di mana keduanya bertemu, dan itu biasanya di media massa dalam ruang komentar nya. Namun media itu menjadi ajang  pertempuran saling caci dan perang tagar, di mana amunisi yang ditembakkan dan argumentasi yang dilancarkan adalah peluru dan serangan yang sudah disiapkan dari kelompok pertemanan dan group homogen dari masing - masing pihak. Maka tidak heran argumentasi dari masing - masing kelompok juga hampir sama, sesuai dengan posisi mereka.Â
Tentu hal ini sangat tidak sehat. Terutama karena setiap fanatisme pasti akan menimbulkan perpecahan. Terutama dalam konteks perbedaan dan keanekaragaman yang menjadi warna hakiki negara ini. Sikap saling menghargai dengan segala perbedaan, termasuk perbedaan politik adalah hal yang harus tetap dipupuk.
Caranya? Melepaskan diri dari kelompok homogen di medsos, merobohkan tembok pemisah dengan menerima siapa saja dan tidak menghapus pertemanan karena pandangan berbeda serta menjadi anggota group medsos yang beraneka.Â
Tentu hal ini tidak mudah. Sikap saling menghargai ini mengandaikan pribadi dewasa dan terbuka. ***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H