Agak mengejutkan analisa yang dibuat oleh Mahfud MD. Dengan tegas ia mengungkapkan bahwa ada yang mau menggagalkan Pemilu.Â
Dari dugaannya, dia ungkapkan, berdasarkan gejala dan kejadian yang ada, ada 4 level dari usaha menggagalkan Pemilu tersebut.
Level pertama dan paling berbahaya adalah membuat kekacauan di tengah masyarakat. Gejala nya adalah seperti yang terjadi di Jawa Tengah, di mana ada orang misterius yang melakukan pembakaran kendaraan. Ini membuat masyarakat menjadi resah dan saling curiga. Keresahan dan saling curiga bisa memicu kerusuhan.
Masih dalam level ini keresahan dan teror ledakan yang dialami oleh penonton debat Capres di Monas adalah juga gejala yang sama.
Level kedua adalah upaya untuk mengurangi rasa percaya kepada KPU.
Mahfud menyinggung adanya pihak yang terus memproduksi dan menyebarkan berita hoaks untuk menurunkan kredibilitas KPU, seperti kabar yang menyebut Ahok akan menggantikan posisi Maruf Amin di Pilpres 2019.
Walaupun sudah diterangkan secara hukum hal itu tidak mungkin, tapi hoax ini terus diulang dan menuduh KPU bisa diperalat untuk memungkinkan hal ini terjadi. Jadi secara langsung tuduhan ini membuat masyarakat tidak percaya dengan KPU.
Hoax tentang dicoblos nya 7 kontainer kartu pemilu yang memenangkan salah satu calon termasuk dalam kategori ini.
Kemudian level yang ketiga adalah tindakan-tindakan yang bertentangan dengan akal sehat.
Contoh dari level ini, menurut Mahfud MD adalah, "Selalu KPU itu disalah-salahkan, dikatakan KPU itu antek pemerintah, KPU itu didikte oleh pemerintah. Padahal pemerintah tidak pernah menyentuh KPU, yang membuat KPU itu dulu kan DPR, mereka pilih sendiri."
Dan level terakhir, adalah terus diproduksi nya hoax dan berita bohong. Walaupun sudah dijelaskan dan diklarifikasi setiap berita bohong yang muncul, namun hoax itu tetap diproduksi sehingga masyarakat pada akhirnya bisa dipaksa untuk percaya.