Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bahaya Survei Elektabilitas Internal

19 Februari 2019   17:55 Diperbarui: 20 Februari 2019   07:59 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan menurut penulis maraknya survey internal yang tidak pernah secara publik diumumkan metode dan cara perhitungannya ini bisa berbahaya. Mengapa? Karena hasil survey internal yang cenderung memenangkan diri sendirinya lah yang paling benar, sementara survey lain dianggap keliru. Obyektifitas yang seharusnya menjadi roh dari kegiatan ini pun menjadi sirna. 

Khusus untuk situasi Pilpres kali ini, bahaya itu menjadi berlipatganda karena dengan hanya diikuti dua kontestan, di mana para pendukung masing-masing mempunyai fanatisme tinggi, maka bisa terjadi dengan berpegang pada hasil survey internal masing-masing maka tidak ada yang mau mengakui kalah. Tuduhan adanya kecurangan di pihak lain pasti akan terjadi.  Tentu saja hal ini bisa menimbulkan bentrokan fisik. 

Kekhawatiran ini cukup beralasan karena sudah ada indikasi bahwa ada kontestan yang dari awal tidak mau mengakui hasil survey lembaga-lembaga lain, walaupun lembaga-lembaga tersebut sudah terbukti cukup kredibel.  

Ditambah lagi, hasilnya yang seakan sudah direkayasa sehingga setiap mengumumkan hasil survey internal hasilnya secara konstan dengan presentasi kenaikan yang melonjak tajam. Seolah-olah hasil akhirnya sudah diarahkan untuk menang dan disiapkan jika kalah maka mereka pasti dicurangi.

Tentu penulis tetap berharap jangan sampai hal ini terjadi. Moga para politikus masih punya nurani untuk melihat bahwa peristiwa Pemilu ini adalah hanyalah bagian dari alat untuk mencapai kesejahteraan bersama. Siapapun yang menang harus didukung, dan yang kalah tidak menjadi mutung. ***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun