Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ruki, Anda mau bawa KPK ke Mana?

26 Februari 2015   20:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:28 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: http://sumsel.tribunnews.com

In adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya (http://politik.kompasiana.com/2015/02/21/apakah-kuda-troya-sudah-masuk-kpk-702931.html)  Terus terang ibarat bermain catur saya coba lihat langkah apa yang akan dimainkan Ruki salah seorang PLT KPK. Gerak-gerik dan pernyataannya menjadi penting karena sebagai PLT yang sekarang menjadi Ketua KPK menggantikan Abraham Samad arah strategi yang dia akan bawa tentu mempengaruhi KPK. Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, saya sangat khawatir jika para PLT yang diangkat secara luar biasa ini tidak diawasi, peran "Kuda Troya" untuk melumpuhkan KPK sangatlah ideal.

Saya catat ada beberapa tindakan dan pernyataan dari Ruki yang patut dijadikan indikator atau tanda-tanda akan dibawa ke mana KPK dibawan kepemimpinan Ruki.

Bertemu dengan calon terpilih Kapolri

Ini adalah langkah pertama Ruki begitu dia dilantik. Suatu langkah yang pada awalnya saya anggap sebagai langkah yang sangat taktis, karena bisa mengendorkan ketegangan dengan Polri. Namun ketika terjadi konferensi pers, saya langsung mengerutkan kening dengan beberapa pernyataan beliau.

"Tidak ada persoalan antara institusi Polri dan KPK, yang terjadi hanya ekses dari suatu kegiatan penegakan hukum yang kebetulan dilakukan secara bersamaan". Dengan pernyataannya itu saya lansung melihat bahwa Ruki sudah langsung berubah menjadi "juru bicara" Polri, yang memang selalu berkilah bahwa penangkapan BW, menjadikan tersangka AS dan "mengundang" laporan-laporan "kriminalisasi" pada semua pimpinan KPK dan para staff KPK adalah "kebetulan" dan samasekali tidak ada hubungan dengan kasus BG.

Pernyataan itu benar-benar absurd dan melecehkan akal sehat serta menyangkal realita yang terjadi. Seharusnya dia jusru harus secara elegan dan tegas mengakui bahwa ada persoalan "sistemik, mendasar dan terencana" dalam kasus yang menyangkut pertikaian antara KPK dan Polri. Hanya dengan mengakui apa adanya itulah maka Ruki akan bisa menguraikan dan menuntaskan persoalan dari akarnya. Menyembunyikan atau menyangkal hal itu justru membuat persoalan tidak akan selesai karena hanya menyentuh permukaannya saja.

Dengan pernyataanya itu juga saya semakin melihat bahwa langkah lobby yang dimainkan oleh Ruki adalah mau "mengorbankan" KPK demi menyenangkan Polri. Apalagi dengan bangga dia mengatakan sebagai "keluarga besar" Polri. Bisa anda bayangkan betapa perasaan para staff KPK  mendengar penyataan ini?  Tentu saja termasuk para penyidik Polri/mantan Polri yang ada di KPK yang juga sedang menghadapi tuduhan pidana dan sedang berjuang membela nama baik institusi mereka.

"Harus bekerjasama dan meminta penyidik dari POLRI", adalah pernyataan yang beliau katakan secara berulang-ulang.    Bahkan dalam satu pernyataan Ruki langsung mengklaim bahwa dia telah memperbaiki hubungan antara Polri dan KPK serta berkata, "pimpinan KPK yang dulu kurang melakukan hal itu".

Ya, kerjasama memang harus dilakukan, saya sangat setuju, tapi penyangkalan peran pimpinan KPK sebelumnya seharusnya tidak beliau kemukakan. Selain tidak etis, menurut saya juga tidak sepenuhnya benar.  Sesungguhnya pada saat Kapolri Sutarman dan Kabareskrim Alius justru hubungan KPK dan Polri sangat bagus. Salah satu alasan "menyingkirkan" Alius adalah justru karena dianggap "berkhianat" pada Polri sebab kedekatan beliau dengan KPK.

Mengenai permintaannya untuk menambah penyidik dari kepolisian, sekilas nampaknya memang tepat untuk memperkuat KPK, namun jika dikaji lebih dalam harus ada syarat penting yang dipenuhi terlebih dahulu supaya itu benar-benar  bermanfaat. Jika tidak, maka pertambahan jumlah besar-besaran penyidik Polri di KPK dalam suasana seperti sekarang ini justru harus diwaspadai. Mengapa?

Sebenarnya salah satu persoalan yang selama ini mengganjal KPK adalah ketergantungannya pada para penyidik dari luar institusi KPK. Karena hal itu akan menyebabkan ketergantungan, yang suatu saat dapat digunakan untuk mengganggu independensi KPK.

Hal itu sudah terbukti ketika pada persoalan CICAK dan BUAYA jilid II, salah satu cara untuk melumpuhkan KPK adalah dengan menarik penyidik Polri dari KPK, yang tidak mau "dikriminalisasi" seperti kasus Baswedan. KPK justru harus didorong untuk bisa menyiapkan para penyidiknya secara mandiri dan sekarang ini hal itu sedang berlangsung. Maka, kembali memasok penyidik yang banyak dari luar, apalagi dengan tidak hati-hati akan bisa lagi dimanfaatkan untuk "meggembosi" KPK jika terjadi pertikaian antar isntitusi seperti peristiwa sebelumnya.

Dalam situasi seperti sekarang, permintaan itu juga saya pikir kurang tepat, karena siapa yang bisa jamin semua mereka yang diperbantukan itu benar-benar mau membantu KPK atau justru mau menyelundupkan "Kuda Troya" yang lain? Seandaipun memang dibutuhkan, seleksi ketat harus dilakukan.

Pertemuan dengan Kejaksaan

Safari berikut yang dilakukan Ruki adalah bertemu kepala Kejaksaan Agung. Sekali lagi hal ini memang bagus untuk saling memperkuat kerjasama, tapi sekali lagi pernyataan yang beliau sampaikan setelah pertemuan "mau berbagi perkara KPK ke kejaksaan" bahkan "dengan alasan karena telah kalah di praperadilan mau melimpahkan kasus BG ke Kejaksaan".

Sekali lagi, kedua pernyataan ini jika sekilas dinilai memang tidak ada yang salah, namun jika dirangkai dengan pernyataan Ruki yang mau "mengubah KPK untuk lebih kuat di pencegahan" saya nilai menjadi suatu blunder tersendiri. Kali ini Ruki kembali jadi juru bicara para lawan KPK  termasuk  oknum di DPR yang selama ini menyerang KPK dengan menuduh hasil KPK sia-sia dan tidak berkembang karena hanya "menangkap koruptor" tapi tidak dapat mencegahnya. Dengan alasan itu bahkan sudah lama digaungkan untuk merevisi undang-undang KPK supaya perean "Pemberantasan" di KPK dikurangi. Ini sungguh pernyataan yang menohok eksistensi KPK. Secara terminologi saja KPK adalah KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI dan bukan Komisi Pencegahan Korupsi. Dan justru karena itulah yang menjadi alasan mengapa KPK didirikan. Dengan bersuara seperti itu kembali Ruki seperti orang yang berada di luar Keluarga KPK....

Bertemu diam-diam di Mabes Polri

Pertemuan ini baru saja terjadi dan sedang hangat dibicarakan. Ketika diminta wartawan untuk menyatakan mengapa dan apa hasil pertemuan, Ruki tidak mau mengatakannya. Tentu ini harus dicurigai. Seolah Ruki membawa roh ketertutupan dari jiwa keterbukaan yang selama ini justru menjadi kekuatan utama KPK. Tidak salah jika banyak orang yang menilai jangan-jangan ada "deal-deal" yang tidak berani dia ungkapkan ke publik dalam pertemuan ini.

Lebih parah lagi, ada isu yang mengatakan bahwa dia juga mendorong pelimpahan-pelimpahan itu tujuannya adalah supaya secepatnya KPK selesai dan tidak menjadi lembaga permanen....

Di lain pihak, atas kasus yang menimpa BW dan AS, sepatah katapun  tidak ada pernyataan beliau mendukung mereka dan selalu secara standar dia katakan "biarkan diselesaikan secara hukum yang berlaku". Dan lagi, pernyataan ini juga adalah penyangkalan bahwa justru di situlah sebenarkan pokok permasalahannya. Pada saat ini, dengan kasus yang terjadi antara KPK dan POLRI,  hukum yang SEHARUSNYA adalah alat untuk mencapai keadilan dan kebenaran itu pada saat ini justru DIBAJAK oleh mereka yang berwenang menggunakannya. Bahkan dengan kasus praperadilan banyak ahli yang melihat keputusan tersebut melahirkan kesesatan hukum. Kembali, dalam hal ini Ruki menjadi juru bicara lawan KPK....... Ya sepertinya saat ini BW dan AS sengaja ditinggalkan dan berjuang sendiri oleh Ruki.....

Ya, walau baru sebentar dilantik sebagai PLT KPK, Ruki dengan segala gerak cepatnya justru mendatangkan kecemassan tersendiri. Memang hanya Ruki yang tahu apa maksud dan tujuan sebenarnya dari tindakan dan perkataanya tersebut. Tapi sebagai negara demokratis adalah wajar orang akan menafsir semua tindakan dan perkataannya tersebut. Apalagi jika dia sendiri tidak mau atau menutupi apa yang dia maksud dan mengapa dia melakukan hal tertentu.

Dengan semua ini nampaknya persoalan KPK belumlah selesai dan menurut saya justru masuk ke babak baru yang lebih berbahaya untuk eksistensi KPK dan penegakan hukum di bidang Korupsi.....

Apapun yang anda maksud dengan segala tindakan dan pernyataan anda Pak Ruki, tolong jangan sampai ada agenda tersembunyi yang sedang anda mainkan....... MG

Bahan Bacaan:

http://news.detik.com/read/2015/02/25/154305/2842881/10/jadi-plt-kpk-ruki-akan-fokus-ke-pencegahan

http://news.detik.com/read/2015/02/26/100721/2843503/10/ditanya-soal-pertemuan-diam-diam-di-bareskrim-ini-jawaban-ruki?991104topnews

http://news.detik.com/read/2015/02/26/103255/2843543/10/ruki-datang-ke-bareskrim-bersama-indriyanto-dan-pandu-ini-isi-pertemuannya

http://news.detik.com/read/2015/02/26/103255/2843543/10/ruki-datang-ke-bareskrim-bersama-indriyanto-dan-pandu-ini-isi-pertemuannya

http://news.detik.com/read/2015/02/25/144400/2842761/10/ruki-presiden-tidak-akan-mengintervensi-hukum-kecuali-kepepet-sekali

http://news.detik.com/read/2015/02/24/110628/2841253/10/kisah-plt-pimpinan-kpk-indriyanto-seno-adji-berjuang-melawan-kanker

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun