Sumber: http://sumsel.tribunnews.com
In adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya (http://politik.kompasiana.com/2015/02/21/apakah-kuda-troya-sudah-masuk-kpk-702931.html)Â Terus terang ibarat bermain catur saya coba lihat langkah apa yang akan dimainkan Ruki salah seorang PLT KPK. Gerak-gerik dan pernyataannya menjadi penting karena sebagai PLT yang sekarang menjadi Ketua KPK menggantikan Abraham Samad arah strategi yang dia akan bawa tentu mempengaruhi KPK. Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, saya sangat khawatir jika para PLT yang diangkat secara luar biasa ini tidak diawasi, peran "Kuda Troya" untuk melumpuhkan KPK sangatlah ideal.
Saya catat ada beberapa tindakan dan pernyataan dari Ruki yang patut dijadikan indikator atau tanda-tanda akan dibawa ke mana KPK dibawan kepemimpinan Ruki.
Bertemu dengan calon terpilih Kapolri
Ini adalah langkah pertama Ruki begitu dia dilantik. Suatu langkah yang pada awalnya saya anggap sebagai langkah yang sangat taktis, karena bisa mengendorkan ketegangan dengan Polri. Namun ketika terjadi konferensi pers, saya langsung mengerutkan kening dengan beberapa pernyataan beliau.
"Tidak ada persoalan antara institusi Polri dan KPK, yang terjadi hanya ekses dari suatu kegiatan penegakan hukum yang kebetulan dilakukan secara bersamaan". Dengan pernyataannya itu saya lansung melihat bahwa Ruki sudah langsung berubah menjadi "juru bicara" Polri, yang memang selalu berkilah bahwa penangkapan BW, menjadikan tersangka AS dan "mengundang" laporan-laporan "kriminalisasi" pada semua pimpinan KPK dan para staff KPK adalah "kebetulan" dan samasekali tidak ada hubungan dengan kasus BG.
Pernyataan itu benar-benar absurd dan melecehkan akal sehat serta menyangkal realita yang terjadi. Seharusnya dia jusru harus secara elegan dan tegas mengakui bahwa ada persoalan "sistemik, mendasar dan terencana" dalam kasus yang menyangkut pertikaian antara KPK dan Polri. Hanya dengan mengakui apa adanya itulah maka Ruki akan bisa menguraikan dan menuntaskan persoalan dari akarnya. Menyembunyikan atau menyangkal hal itu justru membuat persoalan tidak akan selesai karena hanya menyentuh permukaannya saja.
Dengan pernyataanya itu juga saya semakin melihat bahwa langkah lobby yang dimainkan oleh Ruki adalah mau "mengorbankan" KPK demi menyenangkan Polri. Apalagi dengan bangga dia mengatakan sebagai "keluarga besar" Polri. Bisa anda bayangkan betapa perasaan para staff KPK mendengar penyataan ini? Tentu saja termasuk para penyidik Polri/mantan Polri yang ada di KPK yang juga sedang menghadapi tuduhan pidana dan sedang berjuang membela nama baik institusi mereka.
"Harus bekerjasama dan meminta penyidik dari POLRI", adalah pernyataan yang beliau katakan secara berulang-ulang.   Bahkan dalam satu pernyataan Ruki langsung mengklaim bahwa dia telah memperbaiki hubungan antara Polri dan KPK serta berkata, "pimpinan KPK yang dulu kurang melakukan hal itu".
Ya, kerjasama memang harus dilakukan, saya sangat setuju, tapi penyangkalan peran pimpinan KPK sebelumnya seharusnya tidak beliau kemukakan. Selain tidak etis, menurut saya juga tidak sepenuhnya benar. Sesungguhnya pada saat Kapolri Sutarman dan Kabareskrim Alius justru hubungan KPK dan Polri sangat bagus. Salah satu alasan "menyingkirkan" Alius adalah justru karena dianggap "berkhianat" pada Polri sebab kedekatan beliau dengan KPK.
Mengenai permintaannya untuk menambah penyidik dari kepolisian, sekilas nampaknya memang tepat untuk memperkuat KPK, namun jika dikaji lebih dalam harus ada syarat penting yang dipenuhi terlebih dahulu supaya itu benar-benar bermanfaat. Jika tidak, maka pertambahan jumlah besar-besaran penyidik Polri di KPK dalam suasana seperti sekarang ini justru harus diwaspadai. Mengapa?