Mohon tunggu...
maritza j
maritza j Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi fakultas kedokteran gigi universitas airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengungkap Fenomena Overconsumption: Mengapa Kita Harus Mengubah Pola Konsumsi.

6 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 6 Januari 2025   07:58 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah anda membeli sesuatu yang sebenarnya tidak anda butuhkan, hanya karena tergoda diskon atau tren? Fenomena ini, yang dikenal sebagai overconsumption, telah menjadi wajah baru gaya hidup modern. Namun, di balik gemerlap belanja tanpa batas, ada dampak besar yang mengancam lingkungan, budaya, dan bahkan diri kita sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi ketika konsumsi berubah menjadi kebiasaan tak terkendali?

Apa itu Overconsumption?

Singkatnya, Overcinsumption adalah momen ketika seseorang mengkonsumsi lebih banyak sumber daya daripada yang mampu kita hasilkan. Dalam konteks yang lebih luas, overconsumption mengacu pada pola konsumsi yang melebihi kebutuhan dasar, seringkali didorong oleh gaya hidup konsumtif, tren, atau tekanan sosial, yang berdampak buruk pada lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Overconsumption dapat menyebabkan penurunan sumber daya alam, kerusakan lingkungan, peningkatan limbah, dan ketimpangan sosial.

Faktor-faktor yang mendorong overconsumption

Untuk memahami penyebab overconsumption, kita perli melihatt berbagai faktor yang mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pengaruh Media dan Iklan

Di dunia yang penuh dengan informasi, media sosial dan iklan berperan besar dalam membentuk persepsi dan dorongan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Iklan yang terus-menerus mengajak konsumen untuk membeli produk baru sering kali menciptakan rasa kebutuha

2. Tekanan Sosial dan Pengaruh Lingkungan

Dalam masyarakat yang sangat terhubung melalui media sosial, individu sering merasa terdorong untuk membeli barang atau mengikuti tren agar tidak merasa tertinggal atau yang biasa disebut dengan FOMO (fear of missing out). Misalnya, dalam suatu kelompok sosial, memiliki barang-barang mewah atau terbaru bisa menjadi cara untuk memperoleh pengakuan dan rasa diterima. Selain itu, lingkungan yang terus-menerus mempromosikan konsumsi juga menciptakan suasana yang mendukung kebiasaan konsumtif.

Dampak Terhadap Lingkungan

Overconsumption berkontribusi besar terhadap peningkatan polusi dan limbah yang berdampak buruk untuk lingkungan. Produk-produk yang dikonsumsi secara berlebihan sering kali menghasilkan limbah. yang sulit terurai, seperti plastik, limbah elektronik, dan sampah industri. Dampak sosial dari overconsumption sangat terasa dalam bentuk ketimpangan sosial yang semakin melebar. Di masyarakat yang mendepankan konsumsi, terdapat jurang yang semakin dalam antara mereka yang mampu mengikuti gaya hidup konsumtif dan mereka yang tidak. Mereka cenderung menilai status sosial bedasarkan kepemilikan barang mewah atau yang kekinian. sehingga mereka yang mampu membeli barang-barang tersebut merasa terpinggirkan. Secara ekonomi, overconsumption membawa dampak pemborosan sumber daya yang bisa digunakan lebih efisien dan berkelanjutan. Ketika konsumsi tidak terkendali, banyak barang yang diproduksi hanya untuk memenuhi keinginan sementara, bukan kebutuhan nyata. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap barang-barang yang tidak diperlukan, menyebabkan pemborosan dan menambah tekanan pada sumber daya alam yang semakin menipis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun