Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Horor: Riwayat Tanah Terkutuk

18 November 2024   21:29 Diperbarui: 18 November 2024   21:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riwayat Tanah Terkutuk

Kota kecil bernama Sukamaju selalu tampak damai di permukaan, namun setiap penduduk asli tahu, ada rahasia kelam yang terkubur di sana. Ada satu lahan yang selalu kosong di tepi kota, tidak pernah dibangun rumah atau toko, meskipun lokasinya strategis. Mereka menyebutnya Tanah Terkutuk.

Bram, seorang arsitek muda, baru saja pindah ke Sukamaju bersama istrinya, Amara. Mereka tertarik dengan lahan kosong itu yang dijual dengan harga sangat murah. Bram tidak percaya dengan cerita-cerita seram yang beredar. Baginya, itu hanya takhayul yang menghambat perkembangan kota.

"Ini kesempatan emas, Amara. Kita bisa membangun rumah impian di sini," ujar Bram antusias saat mereka berdiri di depan lahan tersebut.

Amara memandang lahan itu dengan ragu. "Kita benar-benar akan membelinya? Orang-orang bilang tempat ini punya sejarah yang buruk."

"Ah, itu cuma cerita lama. Aku sudah cek surat-suratnya, semua legal dan tidak ada masalah hukum," jawab Bram sambil tersenyum. "Percayalah, ini investasi yang bagus."

Setelah mempertimbangkan, Amara akhirnya setuju. Mereka menandatangani kontrak pembelian tanah, dan pembangunan rumah segera dimulai.

Dua bulan kemudian, rumah mereka selesai dibangun. Malam itu, Bram dan Amara merayakan kepindahan mereka ke rumah baru. Amara membuat makan malam sederhana, dan mereka duduk bersama di ruang tamu yang masih dipenuhi aroma cat baru.

"Sungguh luar biasa kita bisa membangun rumah ini secepat itu," kata Amara, mencoba mengusir rasa tidak nyaman yang tiba-tiba menyeruak.

Bram mengangguk sambil tersenyum. "Aku merasa sangat puas. Ini adalah rumah pertama kita yang benar-benar milik kita sendiri."

Namun, saat mereka tengah bersulang, terdengar suara gemerisik dari halaman belakang. Suara itu seperti ranting yang patah. Amara menoleh dengan cepat. "Apa kau dengar itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun