Rio melangkah perlahan, menyusuri padang rumput itu dengan hati-hati. Di tengah-tengah, ia menemukan sesuatu yang membuatnya tercekat---sebuah kalung kecil dengan liontin berbentuk bulan sabit. Ia ingat, Rania sering memakai kalung serupa.
Saat menggenggam kalung itu, angin tiba-tiba berembus kencang. Suasana seolah berubah: suara gemerisik daun terdengar seperti bisikan samar, dan untuk sesaat, Rio merasa seperti tak sendirian.
Kemudian, dari sudut matanya, ia melihat sosok gadis dengan rambut tergerai, berdiri membelakanginya. Rio mengenali sosok itu. Itu Rania---atau setidaknya, sesuatu yang mirip dengannya.
"Rania?" panggil Rio dengan suara serak.
Sosok itu tak berbalik, hanya berdiri diam, seolah menunggu sesuatu.
Rio mencoba mendekat, tapi langkahnya terasa berat. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya pelan.
Sosok itu perlahan berbalik, menatap Rio dengan mata yang kosong namun penuh makna. Lalu ia berbisik pelan, "Aku hanya ingin menyelesaikan janji."
"Janji apa?" Rio bertanya, meski ia sudah tahu jawabannya dalam hati.
Rania tersenyum samar. "Ilham... Aku tak sempat menemuinya. Bisa kau sampaikan pesan dariku?"
Rio merasa tenggorokannya tercekat. "Apa pesannya?"
"Katakan... aku memaafkannya."