Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Langkah di Antara Dua Dunia

13 Oktober 2024   19:19 Diperbarui: 16 Oktober 2024   18:31 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pesta cahaya. (Foto: AP PHOTO/DON CAMPBELL via KOMPAS.ID)

Aditya merasa dilematis. Ia baru saja menemukan kembali seseorang yang begitu berarti, dan kini ia dihadapkan pada pilihan untuk kehilangannya lagi. Namun, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk memperbaiki segalanya.

"Kalau ini bisa membuatmu bahagia, aku rela melakukannya," kata Aditya akhirnya.

Mereka melompat ke masa kritis---hari kecelakaan yang merenggut Laras. Waktu terasa melambat saat mereka tiba di tempat kejadian. Laras menunjukkan sebuah mobil yang melaju kencang, tak terkendali, menuju ke arah tempat mereka berdua berdiri pada saat itu di masa lalu.

"Kita harus membuat mereka berhenti!" seru Laras.

Tanpa ragu, Aditya berlari ke tengah jalan dan melambai-lambaikan tangannya. Mobil itu berhasil berhenti beberapa meter dari mereka. Dua sosok muda---Aditya dan Laras di masa lalu---berdiri di trotoar, selamat dari bencana.

Laras menatap Aditya dan tersenyum. "Kita berhasil."

Namun, saat itu juga, Aditya merasa tubuhnya mulai pudar. Waktu seakan menariknya kembali ke masa depan, meninggalkan Laras di masa lalu.

Aditya terbangun di perpustakaan, dengan buku Jejak Waktu masih di tangannya. Namun, foto Laras sudah tak ada di sana. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, tetapi tak bisa mengingat apa pun. Hanya perasaan hangat dan damai yang tersisa, seakan ia telah menyelesaikan sesuatu yang penting.

Ketika ia keluar dari perpustakaan, senja telah tiba. Aditya berjalan tanpa tujuan hingga tiba di jembatan tua tempat ia memulai perjalanannya. Angin sore berembus lembut, membawa aroma nostalgia yang tak bisa ia pahami.

Di ujung jembatan, ia melihat seorang perempuan berdiri, menatap langit jingga. Perasaan aneh muncul di dadanya---seperti dj vu yang kuat.

Perempuan itu menoleh dan tersenyum. "Hai," katanya lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun