Setelah mendapatkan layang-layang, Riko berjalan ke pinggir pantai. Malam itu angin berhembus kencang, membuat hatinya bergetar. Ia mulai menerbangkan layang-layang itu, dan seolah-olah ia bisa merasakan kehadiran ibunya di sampingnya.
"Terbanglah, Riko. Jangan pernah takut untuk mencapai impianmu," ia membayangkan ibunya berkata. Layang-layang itu terbang tinggi, mengudara dengan bebas. Dalam sekejap, Riko merasa seolah-olah semua beban di hatinya menghilang.
Keesokan harinya, Riko kembali ke toko buku, dan merasakan semangat baru dalam hidupnya. Ia mulai membaca lebih banyak buku dan berbagi cerita dengan pengunjung. Ia menyadari bahwa hidupnya tidak boleh terpuruk dalam kesedihan. Ada banyak orang di luar sana yang juga merindukan orang-orang tercinta mereka, dan ia bisa membantu mereka dengan kisah-kisahnya.
Seiring berjalannya waktu, Riko mulai menulis. Ia menulis tentang pengalaman hidupnya, tentang cinta dan kehilangan, tentang harapan dan keberanian. Setiap kata yang ditulisnya mengingatkan akan ibunya, dan ia merasa lebih dekat dengannya.
Suatu malam, saat Riko sedang menulis di tepi jendela, ia mendengar ketukan pelan. Ia membuka jendela dan melihat seorang anak kecil berdiri di luar.
"Mas, bisa tolong saya?" tanya anak itu dengan suara lembut.
"Ada apa, Nak?" Riko bertanya dengan penuh perhatian.
"Saya kehilangan kucing saya. Sudah dua hari saya mencarinya. Bolehkah Mas membantu saya mencarinya?" anak itu terlihat sangat sedih.
Tanpa ragu, Riko mengangguk. "Tentu, kita bisa mencarinya bersama-sama."
Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan, memanggil nama kucing anak itu. Dalam perjalanan itu, Riko merasa seperti sedang menghidupkan kembali kenangan indah saat ia mencari barang-barang yang hilang bersama ibunya. Ia tersenyum, merasakan kehangatan di dalam hatinya.
Setelah berjam-jam mencari, mereka akhirnya menemukan kucing tersebut di bawah sebuah mobil. Anak itu berlari menghampiri kucingnya dengan penuh kegembiraan.