Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Dalam Kegelapan Kota Lama

28 September 2024   21:12 Diperbarui: 28 September 2024   21:25 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, Ria tidak bisa mundur sekarang. Dengan senter yang ia temukan di dapur, ia melangkah masuk ke dalam lorong itu. Setiap langkah membawa dirinya semakin jauh ke dalam kegelapan. Lorong itu semakin sempit, dan di ujungnya, Ria melihat sebuah ruangan besar dengan dinding batu. Di tengah ruangan itu, ada sebuah altar batu besar.

Di atas altar itu, sesuatu bersinar redup. Ria mendekat, menyadari bahwa benda yang bersinar itu adalah sebuah liontin, liontin yang sama dengan yang pernah diberikan ayahnya sebelum ia menghilang. Dengan hati-hati, Ria mengambil liontin itu, dan saat itulah ia merasakan kehadiran sesuatu di belakangnya.

Ria membeku. Suara napas berat terdengar di telinganya, dan hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Ia perlahan menoleh, dan apa yang dilihatnya membuat darahnya membeku.

Di sana, berdiri bayangan gelap dengan bentuk manusia, namun wajahnya kabur, seolah diselimuti kabut. Sosok itu mendekat, tangan hitamnya terulur, seakan ingin meraih Ria.

Dengan panik, Ria melangkah mundur, tapi kakinya tersandung dan ia jatuh ke lantai. Sosok itu semakin mendekat, dan ketika ia hampir menyentuh Ria, liontin di tangannya bersinar terang, memancarkan cahaya yang menyilaukan.

Sosok itu mundur, berteriak dengan suara yang menggetarkan seluruh ruangan. Ria memanfaatkan kesempatan itu untuk berdiri dan berlari keluar dari lorong, meninggalkan ruang bawah tanah dan menutup pintu besi di belakangnya. Napasnya tersengal-sengal, dan tubuhnya gemetar hebat.

Ketika ia akhirnya sampai di luar rumah, fajar mulai menyingsing. Cahaya matahari pagi menyambutnya, seolah mengusir semua kegelapan yang tadi membayanginya. Dengan liontin di tangan, Ria tahu bahwa rahasia keluarganya lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan. Namun, ia selamat. Setidaknya, untuk saat ini.

Ia berjalan menjauh dari rumah itu, meninggalkan kota lama yang penuh misteri dan bayang-bayang. Namun, di dalam hatinya, Ria tahu bahwa kegelapan itu belum sepenuhnya hilang. Mungkin suatu hari, ia harus kembali. Tapi untuk sekarang, ia akan pergi, meninggalkan semua itu di belakang---atau setidaknya, berusaha.

Sumbawa, 28 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun