Malam itu, Raka kembali ke rumah Nyai Sari. Dia duduk di beranda sambil memikirkan kalung tersebut. Dia merasa seperti kalung itu memiliki cerita yang belum terungkap. Raka memutuskan untuk tidur di rumah Nyai Sari dan melanjutkan pencariannya keesokan harinya.
Di malam yang gelap dan tenang, Raka terbangun karena suara lembut yang sepertinya datang dari luar. Ia keluar dari kamar dan menuju ke halaman. Di sana, di bawah cahaya bulan purnama, dia melihat sosok seorang wanita muda yang berdiri di antara pohon-pohon besar. Wanita itu mengenakan gaun putih dan terlihat sangat cantik. Matanya yang cerah memandang ke arah Raka.
Dengan hati berdebar, Raka mendekati sosok itu. "Siapa kamu?" tanyanya dengan suara bergetar.
Wanita itu tersenyum lembut. "Aku adalah gadis yang hilang. Namaku Laila."
Raka terkejut dan tidak percaya. "Tapi... bagaimana mungkin? Semua orang mengira kamu sudah lama hilang."
Laila mengangguk. "Aku memang hilang dari pandangan manusia, tapi tidak dari pandangan waktu. Aku berada di dimensi lain, di mana waktu tidak bergerak seperti di dunia ini."
Raka merasa bingung. "Apa maksudmu dengan dimensi lain?"
Laila menjelaskan bahwa dia dan keluarganya telah menjadi korban sebuah kutukan kuno yang membuat mereka terjebak di sebuah dunia paralel. Kalung perak itu adalah kunci untuk membebaskan mereka. Namun, hanya seseorang dengan niat baik yang dapat memecahkan kutukan tersebut.
Raka merasa tergerak untuk membantu Laila. "Apa yang harus aku lakukan?"
Laila memberikan petunjuk tentang ritual kuno yang harus dilakukan di sebuah tempat yang disebut "Taman Kuno," sebuah lokasi tersembunyi di dalam hutan. Raka memutuskan untuk mengikuti petunjuk tersebut.
Keesokan paginya, Raka memasuki hutan dengan penuh semangat. Dia mengikuti arahan yang diberikan oleh Laila dan akhirnya tiba di Taman Kuno, sebuah tempat yang dipenuhi dengan bunga-bunga langka dan pohon-pohon besar. Di tengah taman, ada sebuah altar batu dengan ukiran yang rumit.