Hari ini aku kembali merenungi jalan hidupku. Rasanya, semakin hari semakin jauh aku dari mimpi-mimpiku. Sudah berapa lama aku berjuang? Bertahun-tahun. Namun, angan-angan itu masih terasa seperti bintang di langit---indah, tetapi tak terjangkau. Aku sering bertanya-tanya, apakah aku kurang berusaha? Atau mungkin mimpi-mimpi itu terlalu besar untukku?
Dulu, aku selalu percaya bahwa dengan kerja keras, apa pun bisa tercapai. Aku membayangkan diriku berada di puncak, tersenyum bangga atas semua perjuangan yang akhirnya berbuah manis. Tapi kenyataannya, jalan yang kutempuh terasa terjal dan penuh rintangan yang tak pernah kuduga.
Terkadang, aku merasa seperti terbelenggu. Bukan oleh orang lain, tetapi oleh angan-anganku sendiri. Harapan yang dulu membara kini terasa lebih seperti beban. Setiap kali aku melihat orang lain berhasil, ada perasaan iri yang tak bisa kuabaikan. Mereka seolah bisa meraih mimpi mereka dengan mudah, sementara aku tertinggal, terjebak dalam lingkaran usaha yang tak kunjung membuahkan hasil.
Apa yang salah? Aku terus bertanya. Apakah mungkin mimpiku terlalu ambisius? Atau mungkin aku yang tidak cukup kuat untuk mengejarnya? Pikiran-pikiran ini sering menghantuiku, membuatku ragu pada diri sendiri.
Namun, di balik semua kebimbangan ini, ada sebagian kecil dari diriku yang belum menyerah. Mungkin itu yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang. Meskipun terasa berat, aku masih percaya bahwa suatu hari nanti aku akan menemukan jalan. Mungkin aku belum tahu bagaimana caranya, tetapi aku tidak mau menyerah.
Aku harus terus berjuang, meski kadang rasanya seperti berlari di tempat.
Ada saat-saat di mana aku merasa begitu lelah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental. Setiap hari terasa sama---rutinitas yang tak pernah berubah, kegagalan yang terus mengintai. Hari ini, ketika aku duduk di meja kerjaku, aku merasa betapa beratnya beban ini. Seperti ada sesuatu yang menarikku ke bawah, menenggelamkanku dalam ketidakpastian.
Mungkin aku terlalu banyak bermimpi. Kadang aku berpikir, akan lebih mudah jika aku puas dengan apa yang ada, menerima takdirku. Tetapi bagian dalam diriku yang keras kepala selalu menolak pikiran itu. Aku tahu, dalam hatiku, aku ingin lebih dari sekadar menerima. Aku ingin mencapai apa yang sudah kubayangkan selama ini. Aku ingin merasa bahwa usahaku tidak sia-sia.
Aku ingat saat kecil, guru di sekolah sering berkata, "Kamu bisa menjadi apa saja yang kamu inginkan, selama kamu berusaha keras." Aku percaya sepenuh hati pada kalimat itu. Tapi sekarang, ketika realitas kehidupan menyapaku, rasanya semua itu hanya sebuah mimpi indah. Apakah mungkin harapan masa kecil itu salah?
Terkadang, aku merasa sendirian. Mimpi-mimpi yang kugenggam erat ini terasa seperti beban yang hanya aku yang menanggungnya. Orang-orang di sekitarku tidak selalu mengerti betapa beratnya perjuangan ini. Mereka melihatku sebagai seseorang yang gigih, tetapi di dalam diriku, aku sering merasa rapuh.
Mungkin, yang harus kulakukan sekarang adalah belajar untuk melepaskan sedikit demi sedikit. Bukan menyerah, tetapi mengurangi ekspektasi yang terlalu tinggi. Mungkin, dengan begitu, aku bisa bernapas lebih lega.
Hari ini, aku mendapatkan kabar baik dari seorang teman lama. Dia berhasil mencapai impiannya---karir yang gemilang, keluarga yang bahagia. Aku turut bahagia untuknya, sungguh. Tetapi tidak bisa kupungkiri, ada perasaan pahit yang tiba-tiba muncul. Rasanya seperti diingatkan lagi bahwa aku masih terbelenggu dalam perjuanganku sendiri.
Kenapa orang lain bisa begitu mudahnya mencapai apa yang mereka inginkan, sementara aku masih berkutat di titik yang sama? Apakah ada yang salah dengan caraku? Apakah ada yang salah dengan diriku?
Aku benci merasa begini. Aku ingin percaya bahwa jalanku sendiri adalah yang terbaik untukku. Tapi semakin lama, semakin sulit bagiku untuk tetap berpikir demikian. Kenyataan yang kutemui setiap hari hanya menambah keraguan. Aku sudah terlalu lama berlari mengejar sesuatu yang mungkin tidak pernah akan kucapai.
Tapi anehnya, meski semua keraguan ini terus menghantuiku, aku tidak bisa berhenti bermimpi. Seperti ada magnet yang menarikku kembali ke angan-angan itu. Mungkin, inilah yang disebut dengan 'terbelenggu'. Aku terbelenggu oleh mimpi-mimpiku sendiri. Di satu sisi, mereka memberiku harapan, tetapi di sisi lain, mereka juga membuatku merasa tak berdaya.
Mungkin, besok aku akan bangun dengan pikiran yang lebih jernih. Mungkin, ada cara lain untuk mencapai apa yang kuinginkan tanpa harus mengorbankan diriku sendiri. Mungkin, suatu saat aku akan menemukan jalan keluar dari belenggu ini.
Aku merenung lagi malam ini. Ada banyak hal yang ingin kulakukan, tetapi aku takut untuk memulainya. Takut gagal, takut mengecewakan diriku sendiri lagi. Setiap kali aku memutuskan untuk melangkah maju, rasa takut itu datang menghampiri. Aku merasa tidak cukup baik. Tidak cukup kuat.
Tapi, di dalam kegelapan ini, aku tahu aku harus menemukan caraku sendiri. Mungkin, perjuangan ini adalah bagian dari proses untuk menemukan diriku yang sebenarnya. Mungkin, angan-anganku yang terasa sulit tercapai itu sebenarnya bukan untuk menjauhkan diriku dari kebahagiaan, tetapi untuk membuatku lebih kuat. Aku hanya belum mengerti cara membebaskan diri dari belenggu ini.
Satu hal yang kusadari malam ini, meski semua terasa sulit, aku harus terus berjalan. Jika tidak untuk mengejar anganku, setidaknya untuk menemukan arti dari perjalanan ini sendiri.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tapi aku berjanji pada diriku sendiri---aku akan terus bergerak maju, seberat apa pun langkahnya.
Sumbawa, 7 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H