Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Ketika Waktu Panjang Telah Berhenti

4 September 2024   13:47 Diperbarui: 10 September 2024   17:10 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tempat nongkrong. (Sumber: PEXELS/QUANG NGUYEN VINH via kompas.com)

Di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta, terdapat sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut jalan. Namanya "Caf Chronos." Tidak banyak yang tahu tentang tempat ini, kecuali beberapa orang yang secara tidak sengaja menemukannya. Bangunannya sederhana, dengan jendela besar yang menghadap ke jalan sempit. 

Di dalamnya, suasana tenang dengan musik jazz yang lembut mengalun di udara. Kafe ini dikenal bukan karena menunya yang istimewa, melainkan karena keunikannya yang misterius: di tempat ini, waktu seolah-olah berhenti.

Hari itu, Satria, seorang pekerja kantoran yang selalu disibukkan oleh rutinitas, tidak sengaja menemukan kafe ini. 

Saat itu, ia sedang berjalan kaki pulang dari kantor setelah hari yang panjang. Rasa lelah dan stres memaksanya untuk mencari tempat yang tenang. Tanpa berpikir panjang, ia melangkahkan kakinya ke dalam Caf Chronos.

Begitu masuk, Satria langsung merasa ada yang berbeda. Udara di dalam kafe terasa sejuk dan damai, seolah memutusnya dari kesibukan dunia luar. 

Ia memilih duduk di sudut, tepat di sebelah jendela, dan mulai melihat sekeliling. Di salah satu sudut kafe, ia melihat seorang pria tua dengan rambut putih yang duduk sambil membaca buku. 

Di meja lain, sepasang kekasih tengah berbincang pelan, diselimuti oleh cahaya temaram dari lampu gantung. Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah seorang wanita muda yang duduk sendirian di dekat rak buku. Ia terlihat begitu tenang, menikmati secangkir kopi sambil menatap keluar jendela.

Setelah beberapa saat, seorang pelayan datang menghampirinya. "Selamat malam, apa yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu dengan suara lembut.

"Saya pesan kopi hitam saja, tolong," jawab Satria.

Pelayan itu tersenyum, lalu berbalik untuk menyiapkan pesanannya. Satria kembali menatap keluar jendela, menyadari bahwa di luar, malam mulai menjelang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun