Pelayan itu mengernyitkan dahinya. "Wanita? Maaf, saya tidak ingat ada wanita yang datang kemarin. Kafe ini sangat sepi kemarin, hanya ada Anda, pria tua itu, dan sepasang kekasih."
Satria terkejut. Bagaimana mungkin pelayan itu tidak mengingatnya? Wanita itu jelas ada di sana, mereka bahkan saling menatap. "Anda yakin? Dia duduk di dekat rak buku, sendirian."
Pelayan itu tampak ragu sejenak, tapi kemudian menggeleng. "Maaf, Pak, saya tidak ingat ada wanita seperti yang Anda deskripsikan. Mungkin Anda salah ingat?"
Satria mengerutkan kening. Bagaimana mungkin ia salah ingat? Wanita itu begitu nyata. Tapi pelayan itu tampak jujur, dan Satria tidak punya alasan untuk meragukannya.
Setelah pelayan pergi, Satria memutuskan untuk memeriksa rak buku tempat wanita itu duduk. Di sana, ia menemukan sebuah buku tua dengan sampul yang sudah pudar. Judulnya "Chronos: Sang Penjaga Waktu." Tanpa berpikir panjang, ia mengambil buku itu dan membawanya ke mejanya.
Buku itu menceritakan tentang seorang pria yang memiliki kemampuan untuk menghentikan waktu. Pria itu, yang dikenal sebagai Chronos, menggunakan kekuatannya untuk membantu orang-orang menemukan kedamaian di tengah kekacauan hidup mereka. Namun, kekuatannya juga menjadi kutukan karena ia tidak bisa bergerak maju dalam hidupnya.Â
Chronos terjebak dalam lingkaran waktu yang terus berulang, dan satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan itu adalah dengan menemukan seseorang yang bisa mengingatnya, bahkan ketika waktu berhenti.
Satria merasa ada sesuatu yang aneh dengan cerita ini. Seolah-olah buku itu berbicara langsung kepadanya. Ia terus membaca, mencoba memahami hubungan antara cerita di dalam buku dan apa yang terjadi di kafe ini.
Ketika Satria menutup buku itu, tiba-tiba ia mendengar suara pelan di belakangnya. "Apakah kau sudah menemukan jawabannya?"
Satria terkejut dan berbalik. Di sana, berdiri pria tua yang sebelumnya duduk membaca. Wajahnya dipenuhi keriput, namun matanya memancarkan kebijaksanaan yang mendalam.
"Apa maksud Anda?" tanya Satria.