Kata-kata itu membuatku terdiam. Aku tidak tahu harus berkata apa. Selama ini, aku juga merasakan hal yang sama, tetapi aku tidak pernah memiliki keberanian untuk mengatakannya. Namun, mendengar Arga mengungkapkan perasaannya, membuat hatiku dipenuhi oleh rasa hangat yang sulit dijelaskan.
Aku akhirnya tersenyum dan berkata, "Aku juga merasakan hal yang sama, Arga. Terima kasih sudah menjadi teman yang begitu baik untukku."
Arga mengangguk, lalu dia mengeluarkan sebuah benda kecil dari saku jaketnya. "Ini untukmu," katanya sambil menyerahkan sebuah gelang kecil yang terbuat dari tali berwarna merah. "Aku membuatnya sendiri. Anggap saja ini sebagai simbol persahabatan kita."
Aku menerimanya dengan hati yang berdebar. Gelang itu sederhana, tetapi penuh makna. "Terima kasih, Arga. Aku akan selalu menjaga ini."
Hari itu berakhir dengan senyuman dan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sejak saat itu, kami semakin dekat, dan setiap hari bersama Arga menjadi kenangan yang tak terlupakan bagiku.
Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di akhir tahun ajaran, Arga memberitahuku bahwa dia harus pindah ke kota lain karena pekerjaan ayahnya. Berita itu menghantamku seperti petir di siang bolong. Aku merasa dunia ini tidak adil. Bagaimana bisa seseorang yang begitu berarti dalam hidupku harus pergi?
Malam sebelum kepergiannya, Arga mengajakku ke taman tempat pertama kali dia memberikan gelang itu. Kami duduk di bangku yang sama, dalam keheningan yang penuh makna. Arga menatap langit, lalu berkata, "Aku akan merindukan tempat ini, dan juga semua kenangan yang kita buat di sini."
Aku tidak bisa menahan air mataku. "Aku juga akan merindukanmu, Arga. Terima kasih untuk semua yang telah kau berikan padaku."
Dia tersenyum, meskipun aku tahu di balik senyumnya ada kesedihan yang mendalam. "Aku juga berterima kasih padamu. Kau adalah teman terbaik yang pernah kumiliki. Dan ingat, meskipun kita jauh, kita masih bisa saling menjaga satu sama lain."
Saat itu, aku merasa ada sesuatu yang mengikat kami, meskipun jarak memisahkan kami. Sebuah ikatan yang tak terlihat, tetapi kuat---seutas kenangan yang berkesan, yang akan selalu ada dalam hatiku.
Setelah Arga pergi, hidupku terasa berbeda. Hari-hari yang dulu penuh warna kini terasa hampa. Aku masih sering mengunjungi taman tempat kami sering bertemu, duduk di bangku yang sama, berharap bisa merasakan kehadirannya kembali. Namun, yang tersisa hanyalah kenangan---kenangan indah yang terkadang membuatku tersenyum, tetapi juga membuat hatiku terasa kosong.